in

Tak Gelar Tradisi Syawalan, Makam Jabal Sepi

Area sekitar Pemakaman Jabal Kaliwungu yang nampak lengang, tidak seperti biasanya saat tradisi Syawalan.

 

HALO KENDAL – Tradisi Syawalan di Kaliwungu, sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Hal ini untuk memperingati Khaul Kiai Haji Asy’ari atau lebih dikenal Kiai Guru yang wafat tanggal 7 Syawal pada tahun 1876.

Biasanya, sehari setelah Hari Raya Idul Fitri hingga sepekan ke depan ada tradisi Syawalan yang selalu ramai dikunjungi ribuan perziarah di makam para wali penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal.

Namun pada perayaan Idul Fitri 1442 Hijriah ini kawasan pemakaman Jabal Kaliwungu tampak sepi.

Pengurus dan pengelola Makam Kiai Haji Asy’ari atau Kiai Guru di Pemakaman Jabal, Desa Protomulyo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, tidak menggelar tradisi Syawalan tahun 2021.

Pasalnya, kondisi masih di tengah pandemi Covid-19. Para pedagang tiban yang biasanya di setiap tradisi Syawalan memenuhi kawasan pemakaman pun, saat ini tampak sepi.

Pengurus dan pengelola Makam Kiai Haji Asy’ari, Saman mengatakan, pada Lebaran tahun ini pihak pengelola memutuskan tidak menggelar tradisi Syawalan.

“Kami mengikuti anjuran pemerintah untuk menghindari terjadinya kerumunan massa, yang sangat berpotensi terjadinya kluster penyebaran virus corona,” ungkapnya, Sabtu (15/5/2021).

Namun, lanjut Saman, acara Khaul Kiai Guru tetap dilaksanakan dengan menggelar tahlil yang hanya diikuti ulama dan tokoh masyarakat setempat.

“Pada Khaul Kiai Guru atau Syawalan tahun ini pun, kami tidak mengundang Bupati dan para ulama, karena tidak menggelar tradisi Syawalan,” jelasnya.

Bahkan, pemakaman Waliku, di Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu yang masih satu kawasan pun tampak sepi. Tidak ada keramaian para pedagang tiban yang biasanya memenuhi sekitar area makam.

Padahal, setiap tradisi Syawalan biasanya ramai dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah. Namun tahun ini yang terlihat hanya hanya peziarah dari masyarakat sekitar.

Saman menambahkan, masyarakat yang berziarah tetap ada, tetapi hanya dari masyarakat sekitar.

Dirinya berharap pandemi segera berakhir, sehingga pada Lebaran tahun depan bisa menggelar tradisi Syawalan yang bisa dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah.

“Yang datang di tradisi Syawalan tidak hanya warga Kaliwungu atau Kendal, tetapi dari luar daerah Kendal juga banyak. Jadi harapan kami pandemi segera berakhir dan bisa berjalan normal kembali,” ujar Saman.

Sementara itu menurut pengakuan peziarah lokal dari Magelung, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Khoirudin, sudah rutin tiap Syawalan berziarah di Makam Kiai Guru.

“Saya datang dengan warga sekampung melakukan tahlil dan doa bersama. Ini sudah menjadi tradisi ziarah rutin tiap Syawalan dan kadang malam Jumat Kliwon,” terangnya.

Sementara menurut warga Kaliwungu, Mashury, tradisi Syawalan sudah ada sejak ratusan tahun lalu untuk memperingati Khaul Kiai Guru, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal.

Menurut cerita, awalnya hanya dilakukan oleh keluarga Kiai Guru, kemudian diikuti para santri dan warga sekitar hingga menjadi tradisi yang dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah.

“Tujuannya untuk mendoakan para wali dan tokoh penyebar agama Islam lainnya yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kendal,” kata Mashury.(HS)

Kadivpas Kanwil Jateng: Potensi Lapas Terbuka Kendal, Luar Biasa

Lebaran, Posko Desa Efektif Perkuat PPKM Mikro