in

Strategi Unik Warga Keluarahan Wates, Ngaliyan Menghadapi Pandemi Covid-19

 

HALO SEMARANG – Berbagai upaya dilaksanakan pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi persoalan sosial dan dampak ekonomi akibat Covid-19. Program Kampung Siaga Candi Hebat, saat ini sedang digenjot secara bertahap di 177 keluarahan di Kota Semarang.

Dengan program ini, masyarakat diajarkan untuk mandiri dengan menerapkan berbagai program kreatif dan inovatif berbasis swadaya masyarakat.

Termasuk juga dalam upaya pencegahan penularan wabah corona, dengan penerapan protokol kesehatan.
Seperti halnya di RW 3 Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Semarang. Setelah diresmikan menjadi “Kampung Siaga Candi Hebat”, warga berusaha menerapkan berbagai program kreatif dan inovatif berbasis swadaya masyarakat.

Peresmiannya dilakukan pada Rabu (30/9/2020) malam oleh Camat Ngaliyan, Agus Priharwanto.

Mulai dari penerapan disiplin protokol kesehatan, penyediaan stok lumbung pangan, dapur umum, rumah isolasi mandiri, urban farming atau pertanian di lahan terbatas, pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), pelatihan pemanfaatan teknologi digital di era internet bagi warga dan lain-lain.

“Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Protokol Kesehatan dilakukan secara ketat,” kata Hammam Abdi, Ketua RT 8 RW 3 Keluarahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Semarang, Kamis (1/10/2020).

“Kami menerapkan protokol kesehatan mulai dari sterilisasi di pintu gerbang. Penyemprotan disinfektan secara otomatis dengan cara memencet tombol. Termasuk pengecekan suhu terhadap setiap pendatang atau pengendara yang hendak masuk perkampungan,” terangnya.

Tersedia sejumlah fasilitas wastafel tempat cuci tangan di beberapa titik kampung. Terutama di pintu masuk dan beberapa ruang publik yang lain.

“Tidak hanya itu, di depan setiap rumah warga wajib diberikan keran air dan sabun untuk cuci tangan. Termasuk dilakukan penyemprotan dan pengecekan suhu tubuh warga secara berkala,” katanya.

Lebih lanjut, warga juga telah mewujudkan Lumbung Pangan yang didirikan secara gotong royong atau swadaya.

“Setiap bulan selama masa pandemi, stok sembako di Lumbung Pangan dibagikan ke masing-masing warga RT 8 RW 3. Sehingga warga yang tidak menerima sembako dari pemerintah bisa dibantu melalui Lumbung Pangan ini,” katanya.

Sedangkan untuk dapur umum, lanjut Hammam, bisa dimanfaatkan warga selama pandemi Covid-19.

“Terdapat berbagai peralatan memasak dan bahan baku yang bisa dimanfaatkan warga,” imbuhnya.

Selain itu, kreativitas yang lain adalah didirikannya Taman Toga berkonsep Urban Farming. Taman Toga tersebut juga merupakan swadaya masyarakat yang dikelola oleh Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan Dasa Wisma (Dawis).

“Terdapat kurang lebih 90 jenis tanaman herbal maupun sayur-sayuran yang hasil panennya bisa dimanfaatkan oleh warga sebagai upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat,” katanya.

Selain itu, lanjut Hammam, puluhan UMKM milik warga ke depan akan terus dikembangkan untuk mendongkrak roda ekonomi.

“Tujuannya, ketika warga terdampak pandemi Covid-19, korban PHK dan seterusnya, UMKM tersebut bisa menjadi alternatif membuka lapangan pekerjaan,” katanya.

Hammam juga menekankan untuk tetap menjaga budaya Siskamling setiap hari untuk selalu menjalin komunikasi dengan Babinkamtibmas dan Babinsa. Sedangkan dalam bidang spiritualitas, warga menggelar doa bersama secara rutin setiap Kamis malam.

“Istighosah ini menerapkan konsep “physical distancing”, yakni ustadz memimpin doa dari musala menggunakan pengeras suara. Sedangkan warga menggelar tikar di depan rumah masing-masing,” terang dia.

Lebih lanjut, warga juga memiliki Rumah Isolasi Mandiri, sekaligus untuk menyimpan peralatan kesehatan.

”Apabila ada warga yang terindikasi Covid-19, penanganan cepat segera dilakukan. Kami akan tanggap untuk langsung berkoordinasi dengan pihak kelurahan, kecamatan, maupun puskesmas serta gugus tugas,” terangnya.

Sedangkan untuk inovasi bidang keahlian, pihaknya mengaku akan mengembangkan sejumlah potensi warga.

“Sejumlah potensi kreativitas warga kami sebetulnya sudah ada. Hanya saja selama ini belum maksimal. Misalnya saat ini sedang kami mulai kembangkan kreativitas bidang mixing audio engineering untuk produksi musik home recording dan pengembangan content creator YouTube. Warga juga membuat tim produksi film dokumenter agar lebih memantik kreativitas,” katanya.

Camat Ngaliyan, Agus Priharwanto mengatakan, dampak Covid-19 sekarang ini bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi.

“Bantuan sembako tahap kelima saat ini, Pemkot Semarang hanya mampu membantu kurang lebih 10 ribu paket sembako. Tentu ada warga yang seharusnya menerima tapi tidak kebagian sembako karena kemampuan pemerintah kota terbatas. Tidak mungkin semua terpenuhi. Lalu bagaimana cara memenuhinya? Salah satunya melalui Program Kampung Siaga Candi Hebat ini. Bagi yang tidak mampu disubsidi,” ujarnya.(HS)

Rektor Undip: Masa Pandemi Bisa Jadi Momen Merajut Kebersamaan

Siasati Aturan Kampanye di Masa Pandemi, Calon Wali Kota Semarang Kampanye dengan Virtual Box