in

Stasiun Tanggung, Stasiun Tertua yang hingga Sekarang Masih Aktif Berfungsi untuk Pengatur Lalu-lintas Kereta api

Petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api di Stasiun Tanggung sedang mengoperasikan sebuah alat persinyalan elektronik untuk menjamin kelancaran perjalanan kereta api yang melintas.

KEBERADAAN Stasiun Tanggung di Desa Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, tidak seperti stasiun pada umumnya. Bangunan stasiun yang berada di ketinggian lebih dari 20 meter dari permukaan laut ini, termasuk di Daerah Operasi IV Semarang. Stasiun ini ternyata adalah salah satu stasiun pertama yang dibangun dan merupakan tonggak awal sejarah perkeretaapian di Indonesia, karena dulunya Nederlandsche Indische Spoorweg Maatchappij (NIS) membuka layanan kereta api pertama menuju Tanggung.

Stasiun Tanggung mulai dibangun pada 1864 oleh Pemerintah Belanda dan dibangun ulang pada 1910. Pada 10 Agustus 1867 stasiun ini menjadi saksi dibukanya jalur kereta api pertama antara Tanggung (Grobogan) – Kemijen (Semarang) sejauh 25 kilometer, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van de Beele. Jalur tersebut memiliki beberapa pemberhentian, di antaranya Stasiun Alas Tua dan Stasiun Brumbung.

Sampai saat ini, stasiun dengan gaya arsitektur Swiss Chalet yang berasal dari Swiss itu masih berfungsi. Masih menjadi pengatur arus lalu lintas kereta api, baik arah Solo maupun arah Jawa Timur.

Gaya khas Eropa terlihat dari bagian atap pelana yang diberi dekorasi dan ekspose tiang konstruksi. Dan stasiun kereta api tertua di Indonesia ini memiliki empat ruangan, yakni ruang kepala stasiun yang juga digunakan untuk loket, gudang, ruang tunggu, dan ruang PPKA. Kini, bangunan tersebut termasuk cagar budaya yang harus dilestarikan.

Menurut Akademisi dari Unika Soegojapranata, Tjahjono Rahardjo, tak heran jika wujud stasiun masih ada. Berbeda dengan Stasiun Kemijen yang kini tenggelam oleh rob. Namun, bangunan Stasiun Tanggung yang tersisa kini adalah hasil rombakan tahun 1910. Bukan lagi bangunan yang dibuat sejak 1867, ketika jalur kereta api Semarang-Tanggung diresmikan.

“Stasiun yang terletak di ketinggian 20 meter di atas permukaan laut ini, hanya sebagai stasiun pengatur lalu lintas kereta api dan bukan untuk naik-turun penumpang. Di timur stasiun, berdiri tugu dengan dekorasi roda kereta api bersayap, yang merupakan lambang dari NIS sebagai penanda dari tonggak awal dunia perkeretaapian Indonesia,” katanya, baru-baru ini.

Petugas pengatur perjalanan di Stasiun Tanggung, Prayitno menambahkan, dirinya bertugas mengatur perjalanan kereta api yang melintas.

“Stasiun Tanggung kini masih aktif, yaitu sebagai pengatur perjalanan kereta api unit pelaksana teknis stasiun kelas tiga, seperti Stasiun Brumbung. Kalau biasanya rata-rata di Brumbung perhari ada tiga kedinasan, shif pagi, siang dan malam,” katanya. (HS-06)

Antisipasi Banjir, PUPR dan Kecamatan Kendal Menggelar Bersih-Bersih Sungai di “Jumat Bersih”

Wali Kota Semarang Dorong Dukungan Perbaikan Lingkungan Lewat Penghargaan Kepedulian