
HALO SEMARANG – Angka penyebaran kasus HIV/Aids di Kota Semarang sudah sangat memprihatinkan. Dalam setahun setidaknya ada ratusan pengidap baru yang berhasil dideteksi oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Bahkan data dari dinas tersebut menjabarkan, bahwa total pengidap HIV/Aids di Kota Semarang mencapai 5.228 jiwa. Meski data tersebut tak seluruhnya warga Kota Semarang, banyak di antara mereka merupakan warga di luar Semarang tapi tinggal dan bekerja di Kota Atlas ini.
Kepala Dinas Kesehatan Kota, Widoyono mengatakan, rata-rata setiap tahun pihaknya menemukan 500 penderita baru. “Tahun 2017 kami menemukan 534 penderita baru, tahun 2018 sebanyak 640 penderita baru, dan tahun 2019 sampai saat ini sudah ada temuan 66 penderita baru,” katanya, Jumat (15/3/2019).
Menurut dia, data yang ditemukan itu memang tak seluruhnya warga Kota Semarang. Warga Semarang sendiri hanya sekitar 25 persen. “Kalau totalnya di Kota Semarang memang 5.228 penderita. Tapi tak semua warga Kota Semarang, sebagian besar dari luar daerah tapi tinggal di sini,” tegasnya.
Penderita mayoritas memang laki-laki, mencapai 58 persen. Untuk penyebabnya, Widoyono mengaku menemukan fakta menarik tentang jumlah para penderita baru.
“Dulu di awal tahun 2000an, penderita kebanyakan hetroseksual dan pekerja seks. Namun mulai tahun 2013 penderita yang ditemukan baru, sebagian besar merupakan lelaki yang suka sama lelaki. Bahkan jumlahnya meningkat terus sampai sekarang. Lebih dari 70 persen dari temuan baru dalam tiga tahun terakhir,” katanya.
Untuk wilayah, kecamatan tertinggi angka penyebaran HIV/Aidsnya adalah Kecamatan Semarang Utara, mencapai 163 penderita. Lalu disusul Tembalang dengan 137 penderita dan Semarang Barat dengan 136 penderita. “Kecamatan paling minim temuan ada di Tugu, hanya 24 penderita,” katanya.
Tahun 2030 pihaknya menargetkan 3 zero, yaitu tidak ada infeksi baru, tidak ada kematian karena HIV/Aids, dan tidak ada diskriminasi penderita HIV/Aids. Untuk itu, Dinas Kesehatan menyiapkan berbagai macam fasilitas untuk merealisasikan target ini.
“Fasilitas di Kota Semarang sudah banyak, di tiap puskesmas ada tempat pemeriksaan namun belum semua membuka pendampingan pengobatan. Kami mengimbau kepada warga yang berpotensi menderita, untuk memeriksakan diri ke rumah sakit atau puskesmas setempat. Gratis dan jaminan kerahasiaan,” tegasnya.
Untuk pengobatan, sudah ada 4 puskesmas yang membuka pendampingan pengobatan, yaitu Puskesman Poncol, Puskesmas Halmahera, Lebdosari, dan Bandarharjo. “Sementara untuk rumah sakit ada 7 RS di Kota Semarag yang sudah menyediakan layanan pemeriksaan dan pengobatan ini,” tandasnya.(HS)