in

Sepekan, Kegempaan Merapi Meningkat

Ilustrasi Gunung Merapi (Foto: magelangkab.go.id)

 

HALO MAGELANG – Intensitas kegempaan Gunung Merapi, 9-15 Oktober 2020 meningkat dibandingkan pekan sebelumnya. Data tersebut berdasar laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) dengan rekomendasi status waspada di radius 3 kilometer untuk semua aktivitas warga.

Melalui akun twitter resminya @bpptkg melaporkan kegempaan Gunung Merapi dalam satu pekan itu tercatat 56 kali gempa hembusan (DG), 41 kali gempa vulkanik dangkal (TB), 319 kali gempa fase banyak (MP), 5 kali gempa low frekuensi (LF), 67 kali gempa guguran (RF), dan 10 kali gempa tektonik (TT).

Adapun deformasi atau perubahan bentuk permukaan tubuh Gunung Merapi yang dipantau menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini juga menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 1cm/hari.

Sementara pada 15 Oktober 2020 curah hujan di sekitar Pos Pengamatan Gunung Merapi relatif tinggi, yakni sebesar 78 mm/jam selama 30 menit di Pos Kaliurang Yogyakarta. Meski demikian tidak dilaporkan terjadi banjir lahar atau penambahan debit aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Kondisi cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari. Sedangkan siang hingga sore hari berkabut.

Kemudian pada 15 Oktober 2020 pukul 05.40 WIB dari sekitar puncak Merapi juga terpantau asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah. Tinggi asap maksimum 75 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah Boyolali.

BPPTKG juga menyebut berdasar analisis morfologi area kawah dari foto sektor tenggara tidak menunjukkan adanya perubahan kubah. BPPTKG melaporkan dalam pekan ini volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan foto udara dengan drone pada 26 juli 2020 sebesar 200.000 meter kubik. Kemudian berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, BPPTKG menyimpulkan kubah lava saat ini dalam kondisi stabil.

Masih tingginya aktivitas vulkanik Gunung Merapi itu BPPTKG masih menetapkan status waspada (Level II) dengan rekomendasi radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi agar dikosongkan dari aktivitas penduduk maupun pendakian.

Seperti diketahui, Gunung Merapi (2.930 mdpl) adalah gunung berapi paling aktif di Indonesia. Berada di tengah Pulau Jawa, sebagian berada di Daerah Istemewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian lainnya berada di Jawa Tengah.

Lereng selatan gunung ini berada di Kabupaten Sleman, DIY dan sisanya di Kabupaten Magelang (sisi barat), Kabupaten Boyolali (di sisi utara dan timur), serta Kabupaten Klaten (sisi tenggara). Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Menurut catatan modern, Gunung ini mengalami erupsi setiap dua sampai lima tahun sekali. Sejak 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Walaupun sering meletus, namun gunung ini dikelilingi oleh permukiman penduduk yang sangat padat.

Selain itu juga ada aktivitas penambangan pasir. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas Merapi menjadi sangat berbahaya.

Merapi juga gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran, Gunung Merbabu.

Merapi terbentuk karena aktivitas tektonik di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia. Pergerakan ini menyebabkan aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.

Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik yang tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Batulawang yang lebih tua. (HS-08)

PGRI Muntilan Bentuk Kepengurusan Baru

Agus Prasojo Kembali Terpilih Ketua PTMSI Temanggung 2020-2024