HALO SEMARANG – Momen pelaksanaan salat Gerhana Bulan yang digelar di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) pada Selasa (8/11) malam sekaligus menyampaikan ajakan kepada umat Islam dan jamaah yang hadir untuk bertafakur dan memperbanyak mengingat Allah dengan berdzikir.
Hal tersebut disampaikan Khotib, Nur Hidayatullah saat menyampaikan materinya dalam khotbah usai melaksanakan salat Gerhana Bulan berjamaah di MAJT.
Disampaikan Khotib, bahwa momen fenomena gerhana bulan ini ditekankan untuk mengajak umat Islam memperbanyak mengagungkan Allah dan berdzikir, mengingat kebesaran- Nya dengan istighfar, takbir dan salat.
“Dalam peristiwa Gerhana Bulan ini pula kita dianjurkan untuk menyujudkan seluruh kebanggaan dan keagungan di luar Allah, sebab pada hakikatnya semuanya hanyalah tanda. Momen Gerhana Bulan juga menjadi wahana guna memperbanyak permohonan ampun, tobat, kembali kepada Allah sebagai muasal dan muara segala keberadaan. Semoga fenomena Gerhana Bulan kali ini meningkatkan kedekatan kepada Allah, dan membesarkan hati untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam sekitar,” terangnya.
Ditambahkan khotib dalam ceramahnya, konsekuensi lanjutan saat mengimani, menyucikan dan mengagungkan Allah, adalah berintrospeksi betapa lemah dan rendah diri kita di hadapan Allah. Artinya, meningkatnya pengagungan kepada Allah berbanding lurus dengan menurunnya sikap takabur, angkuh atas kelebihan–kelebihan diri dalam aspek apapun.
“Sehingga memunculkan sikap merasa bersalah dan bergairah memperbanyak istighfar,” imbuhnya.
Menurutnya, data falakiyah menunjukkan bahwa gerhana bulan di Kota Semarang bisa diamati secara langsung tanpa teleskop. Bayangan Bumi menutupi bulan sejak pukul 16.59 WIB, namun hal ini belum bisa teramati karena bulan masih di bawah ufuk dan sinar matahari masih terang.
“Bulan bisa teramati manakala sudah masuk waktu magrib, dan puncak gerhana bulan terjadi pada pukul 17.59 WIB. Kemudian berangsur terang Kembali hingga sampai pukul 20.55 WIB”, katanya yang juga Pengurus Bidang Pendidikan MAJT sekaligus Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PWNU Kalimantan Selatan.
Dari sisi ilmiah, lanjut dia, bahwa dengan fenomena langka ini yakni Gerhana Bulan ini makin percaya dan mengimani bahwa alam semesta ini beserta segenap isinya diciptakan Allah.
“Baik dalam struktur makrokosmos yang mewujud sebagai galaksi, gugusan bintang–gemintang hingga sistem keplanetan atau tata surya. Maupun dalam struktur mikrokosmos yang melingkupi molekul hingga atom beserta partikel–partikel ultrarenik lainnya. Semuanya yang ada di dalam semesta raya adalah makhluk Allah dan tak satu pun yang lepas dari Sunnatullah. Inilah makna Allah sebagai Rabbul ‘âlamîn, pemilik sekaligus penguasa dari seluruh keberadaan (al–Khâliqu kulla syaî’), pencipta segala sesuatu,” jelasnya.
“Allah juga menciptakan segala sesuatu adalah tak lain sebagai ayat atau tanda akan keberadaan–Nya. Telah lazim kita dengar istilah ayat qauliyyah dan ayat kauniyyah. Ayat quliyyah merujuk pada ayat–ayat berupa firman Allah dalam wujud al- Qur’an, sedangkan ayat kauniyyah kedua mengacu pada ayat berupa ciptaan Allah umum mencakup alam semesta beserta segenap isinya, termasuk diri manusia sendiri,” timpalnya.
Adapun pelaksanaan salat gerhana bulan di MAJT dilaksanakan setelah salat Maghrib berjamaah. Diikuti oleh sejumlah karyawan masjid dan masyarakat umum. Dengan imam salat, KH Abdul Faqih Al Hafiz, salah-satu imam besar MAJT.
Sedangkan rangkaian salat gerhana di MAJT juga diadakan acara di antaranya selain khotbah gerhana bulan, Ngaji Online Perkara Islam bersama Gus Dadang dan Kiai Anis. Serta melakukan pengamatan gerhana bulan bertempat di halaman Masjid Agung Jawa Tengah. (HS-06)
