in

Saatnya UMKM Bangkit Dan Naik Kelas

Foto ilustrasi: UMKM tanaman Bojong Hidroponik di kaki Gunung Slamet, Jalan H Sulaiman RT 06 RW 01, Desa/Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.

HALO SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah diharapkan bisa terus menggenjot upaya perbaikan ekonomi pasca-pandemi Covid-19. Salah satunya memacu pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di daerah. Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, Senin (22/8/2022).

Dikatakan, sektor UMKM dan koperasi harus terus dikembangkan. Hal ini mengingat sektor tersebut mampu menciptakan lapangan kerja sehingga dapat menggerakkan perekonomian rakyat.

“Kita tahu sektor UMKM dan koperasi tidak mengenal krisis, selalu survive terhadap permasalahan ekonomi secara global. Terpenting lagi, sektor ini mampu menciptakan lapangan kerja dalam upaya memberdayakan ekonomi kerakyatan,” kata politisi Gerindra tersebut.

Dikatakan, pemberdayaan ekonomi kerakyatan memiliki peran strategis dalam pembangunan berkelanjutan. Pasca-pandemi Covid-19, sektor UMKM dan koperasi yang diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi, memperluas kesempatan kerja dan mengentaskan kemiskinan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ditambahkan, pernyataan Presiden RI Joko Widodo dalam pidatonya pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2022 belum lama ini, yang mewajibkan kementerian/lembaga, pemerintah daerah (pemda), dan BUMN untuk membeli produk dalam negeri diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi.

“Sektor UMKM merupakan salah satu sektor yang ingin diandalkan pemerintah dengan peningkatan penggunaan produk dalam negeri,” ujarnya.

177.256 UMKM Binaan

Sementara Kepala Dinas Koperasi UKM Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengatakan, dari tahun ke tahun pemerintah provinsi terus membina UMKM. Mulai dari pelatihan, edukasi perizinan, hingga pemasaran. “Pendampingan dan memfasilitasi pemasaran, membantu perlindungan hukum sampai perizinan dan sebagainya,” kata Ema beberapa waktu lalu.

Pelatihan yang diberikan dalam setahun, kata Ema, bisa diikuti hampir 4.000 orang pelaku usaha. Fasilitasi pemasaran secara online tiap pelaksanaan diikuti sedikitnya 100 UMKM.

“Kita juga fasilitasi sertifikat halal, itu tadinya cuma 150 orang sekarang 500 orang. Empat tahun ini sudah ribuan yang dapat fasilitasi sertifikasi halal,” ujarnya.

Ema menjelaskan, pelatihan dan pembinaan terus dilakukan dengan menggandeng sejumlah marketplace besar. Beberapa program yang digagas Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo pun membantu perkembangan UMKM.

Di antaranya Lapak Ganjar, Hetero Space, maupun inovasi kredit kerakyatan. Untuk membantu permodalan, BUMD maupun pihak swasta pun dilibatkan. Salah satunya menginisiasai Kredit Lapak, kredit plafon rendah yang memang dikhususkan untuk ibu-ibu pedagang pasar tradisional dan ibu-ibu kreatif rumahan.

Data Dinkop UKM dari tahun 2013, kata Ema, tercatat ada 90.339 UMKM binaan Pemprov Jateng dan terus berkembang jumlahnya mencapai 177.256 UMKM binaan di tahun 2022. UMKM binaan Jateng, kata Ema, didominasi produk makanan dan minuman.

Ema mengatakan, penyerapan tenaga kerja melalui UMKM terbukti efektif. Berdasarkan data Dinkop UKM, saat ini serapan tenaga kerja dari UMKM sebanyak 1.320.953 orang. Sedangkan pada tahun 2013 hanya 480.508 orang.

“Sangat efisien efektif. Satu UMKM saja kan paling tidak punya 2-3 tenaga kerja. Ini kan bagus jadi ada dampak positif juga untuk pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan,” ujarnya.

Nilai aset, kata Ema pun meningkat. Tahun 2013 tercatat, total aset UMKM di Jawa Tengah hanya Rp 9,634 miliar. Sedangkan tahun 2022, tercatat total aset mencapai angka Rp 38,719 miliar.

Begitu pula dengan omzet. Tercatat pada tahun 2022 omzet UMKM mencapai Rp 68,387 triliun. Sedangkan tahun 2013 omzet UMKM Jateng hanya Rp 20,355 triliun.

Ema mengatakan, pihaknya terus mendorong UMKM Jateng naik kelas. Pekerjaan rumah yang masih diperbaiki adalah mentalitas dan perilaku dari pelaku UMKM. Ema berharap, pelaku usaha terus berbenah dan meningkatkan kualitasnya.

“Karena banyak yang masih sulit untuk mau berkolaborasi. Kedua perilakunya. Jadi pola pikir, mindset dan attitude itu harus berubah,” tegasnya.(Advetorial-HS)

Pemkot Semarang Anggarkan Rp 6,4 M untuk Penanganan Stunting

Tingkatkan Pelayanan Masyarakat, BRT Trans Jateng Mangkang-Kendal Perpanjang Rute hingga RTH Weleri