
HALO SEMARANG – Rencana penutupan Lokalisasi Sunan Kuning (SK) dan Gambilangu (GBL) di Kota Semarang kembali molor. Pasalnya hingga kini belum ada realisasi penutupan, dari rencana penutupan yang akan dilaksanakan Agustus 2019. Kembali molornya realisasi penutupan ini membuat banyak pihak mempertanyakan keseriusan pemerintah daerah dalam upaya memberantas prostitusi di wilayahnya.
Beberapa waktu lalu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang Munthohar mengatakan, belum pastinya waktu penutupan lantaran belum rampungnya urusan penghitungan besaran penganggaran untuk tali asih Wanita Pekerja Seksual (WPS).
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, M Abdul Hakam mengatakan, mayoritas wanita pekerja seks (WPS) di Resos Argorejo atau Lokasisasi Sunan Kuning sudah terpapar Infeksi Menular Seksual (IMS).
Hal tersebut diketahui seusai pihaknya melakukan pemeriksaan atau screening medis awal dengan alat diagnostik Rapid Test terhadap para WPS beberapa waktu lalu.
“Rata-rata 96 persen positif terkena IMS,” katanya, Jumat (27/9/2019).
Dikatakan, IMS dapat menular melalui kontak seksual, termasuk hubungan seks vaginal, anal, dan oral. Lebih dari 30 bakteri, virus, dan parasit penyebab IMS ditularkan melalui kontak seksual yang tidak aman atau tanpa menggunakan kondom.
Karena itu, pihaknya menyambut baik wacana Pemkot Semarang untuk menutup lokasisasi. Di mana Pemeriksaan Rapid Test oleh Dinkes juga merupakan bagian tahapan penutupan.
“Itu tesnya kemarin pas ada wacana mau ditutup. Kami dari Dinkes mem back-up data,” ungkap Abdul.
Mengetahui hasil pemeriksaan itu, dia mengaku langsung memberikan edukasi kepada WPS agar yang sudah positif terinfeksi dapat meminimalisasi penularan.
“Kami juga memfasilitasi dokter spesialis melalui kerja sama RSUD KRMT Wongsonegoro. Para dokter spesialis turut memberikan pengobatan kepada WPS yang positif terinfeksi penyakit menular,” ungkapnya.
Nanti, setelah lokalisasi tersebut resmi ditutup, khusus WPS dari Kota Semarang akan terus didampingi dan dipantau.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Satpol PP Kota Semarang, Fajar Purwoto, Sabtu (28/9/2019) mengatakan, rencana penutupan Resosialisasi Argorejo atau dikenal lokasisasi Sunan Kuning (SK) diperkirakan akan dilaksanakan pada akhir Oktober atau Awal November 2019. Jadwal penutupan menurutnya memang molor dari rencana awal yang seharusnya telah ditutup pada September 2019 ini.
Adanya pengunduran penutupan SK, kata Fajar, karena ada dua alasan. Pertama, karena terkendala penyelesaian terkait tali asih untuk para anak asuh di Resos Argorejo dari Dinas Sosial yang dianggarkan di APBD Perubahan. Kedua, saat itu juga terhambat dengan belum adanya alat kelengkapan dewan yang belum terbentuk di DPRD Kota Semarang.
“Tapi saat ini untuk tali asih sudah siap. Alat kelengkapan dewan juga sudah terbentuk. Sehingga penutupan SK sudah bisa dilakukan. Tinggal menunggu dirapatkan lebih lanjut di tingkat kota. Rapat lanjutan untuk membahas seperti apa teknis protokoler penutupannya, dan terkait pemberian tali asih, serta pemulangan anak asuh ke kampung asalnya,” imbuh Fajar.
Untuk saat ini, sebelum penutupan secara resmi, sesuai kesepakatan para penghuni resos tetap menjalankan aktivitas seperti semula. Namun setelah ditutup, mereka yang sudah menerima tali asih, akan pindah dan dikembalikan ke kampungnya masing-masing.
“Nantinya, secara teknis Satpol PP untuk pengamanan paska penutupan SK akan bertugas sampai Desember 2019 di sini. Dan akan mendirikan tiga pos pantau di tiga titik, dengan melibatkan Polrestabes, Koramil, dan Kesbangpolinmas. Setiap pos itu akan ada sebanyak tujuh personel yang siap bertugas pengamanan,” papar Fajar.
Sementara, Ketua Resos Argorejo atau Sunan Kuning (SK), Suwandi mengatakan, ada sebanyak 475 warga yang bekerja di SK. Dijelaskan Suwandi, kalau usaha lainnya di sekitar lokasi prostitusi tersebut masih beroperasi sebanyak 140 usaha karaoke.
“Dan saya berharap, kegiatan usaha karaoke tersebut masih bisa berjalan setelah penutupan lokalisasi. Karena usaha ini dijadikan warga sekitar untuk menyambung hidup,” ujarnya.(HS)