in

Proyek LRT di Kota Semarang Dinilai Belum Mendesak

Rute Light Rail Transit (LRT) tahap I Kota Semarang dari Pasar Bulu, Banjir Kanal Barat, Madukoro, menuju Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang.

 

HALO SEMARANG – Pemkot Semarang saat ini sedang menyiapkan proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT). Proyek kereta ringan cepat di Kota Semarang tersebut akan mengikuti proyek LRT yang telah dibangun di beberapa kota lainnya lebih dulu, yaitu Jakarta dan Kota Palembang.

Proyek LRT pertama di Kota Semarang rencananya akan dibangun untuk menghubungkan jalur dari kawasan pusat Simpanglima menuju ke Bandara terapung Ahmad Yani Semarang.

Adapun untuk tahap I, rutenya yakni dari Pasar Bulu (kawasan Tugu Muda) menuju ke Bandara International Ahmad Yani Semarang, tepatnya melintasi Jalan Soegijapranata, Jalan Madukoro, kemudian menuju Bandara International Ahmad Yani Semarang.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, proyek LRT hingga sekarang memasuki proses Outline Business Case (OBC).

“Jika dilihat dari penghitungan waktu di atas kertas, proses OBC memerlukan waktu sekitar tiga bulan ke depan,” kata Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi belum lama ini.

Hendi menjelaskan, untuk pendanaan proyek yang tidak sedikit ini akan menggunakan sistem Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Diperkirakan dengan nilai investasi sekitar Rp 200 miliar per kilometernya.

Sementara pengamat transportasi dari Unika Soegijapranata Semarang, Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan LRT di Kota Semarang belum menjadi hal yang mendesak. Apalagi untuk rute LRT di Kota Semarang yang nantinya akan dibangun tahap I, sepanjang sekitar 6 kilo meter itu, menurutnya terlalu pendek.

“Kan untuk saat ini sudah ada transportasi massal lainnya, yang melewati jalur Pasar Bulu menuju Bandara Ahmad Yani, maupun ada yang memakai kendaraan pribadi. Kalau ada rencana rute LRT juga menghubungkan dari Simpanglima, nantinya Depo kereta cepat tersebut mau dibangun di mana? Karena butuh lahan yang luas, ini belum jelas perancangnya bagaimana. Bisa jadi yang merancangnya kurang paham operasional kereta cepat seperti apa,” terangnya, Sabtu (21/9/2019).(HS)

Tiap Tahun, Sekitar 3,5 Juta Warga Indonesia Piknik ke Malaysia

Gelar Isemantic, Udinus Libatkan Pembicara Dari Australia dan Jepang