in

Program Resi Gudang, Bikin Petani Grobogan Lebih Tenang

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo saat meninjau lokasi gudang di Grobogan, Selasa (20/4/2021).

 

HALO GROBOGAN – Harga jatuh saat panen raya tiba kini bukan jadi persoalan untuk petani-petani Grobogan. Dengan adanya sistem resi gudang, mereka tak perlu lagi pusing karena terus merugi.

Nur Sholikhin (45), petani asal Tanjung Harjo, Grobogan ini misalnya. Sebelum adanya sistem resi gudang, dirinya selalu menjual hasil panen ke pasaran.

Meskipun harga jatuh, ia terpaksa menjual untuk modal bertanam selanjutnya.

“Sekarang tidak susah lagi. Meskipun saat panen harga anjlok, saya tidak langsung menjual. Gabah bisa saya simpan dulu di gudang yang menerapkan sistem resi gudang ini, nanti kalau harga sudah stabil, baru dijual,” katanya.

Apalagi, sambil menunggu harga stabil, gabah yang disimpan dengan mekanisme resi gudang itu bisa ia jaminkan ke Bank Jateng. Dengan jaminan itu, ia tak repot saat musim tanam tiba.

“Sudah empat kali saya jaminkan resi gudang saya. Dapatnya lumayan, maksimal Rp 75 juta dan bisa digunakan tanam lagi. Nanti setelah harga stabil, baru gabah dijual. Saya pernah untung Rp10 juta dengan program ini,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Nur Rodi (60), petani lainnya. Ia menerangkan, sistem resi gudang sama seperti pegadaian, yakni petani menjaminkan gabahnya ke bank untuk mendapatkan modal. Jaminannya adalah resi gudang yang diterbitkan.

“Keuntungannya kita jual tunda kalau harga murah. Dengan menunda penjualan, kan kita tetap dapat modal tanam dengan resi gudang yang ada. Nanti setelah harga stabil, baru dijual dan kami tetap tidak merugi,” ucapnya.

Nur sendiri mengatakan, sudah ada 800 petani di Gapoktannya yang mengikuti program resi gudang ini. Saat ini saja, sudah ada 100 ton gabah kering yang mereka simpan di gudang sistem resi gudang Grobogan tersebut.

“Jadi bisa meminimalisir kerugian, karena kami tidak buru-buru menjual. Sistem ini memang menguntungkan,” pungkasnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang meninjau lokasi gudang di Grobogan mengatakan, sistem resi gudang Grobogan telah menjadi teladan nasional.

Dengan pengelolaan yang baik, maka program ini telah dirasakan manfaatnya oleh para petani.

“Manfaatnya luar biasa bagi petani. Kalau biasanya kan petani jual gabah masih basah, kadar air ketinggian. Itu yang dikasih stempel beras jelek, akhirnya tidak terserap. Nah di gudang ini diterima dengan standar tentunya, dijemur lagi dan harganya bisa terangkat tinggi,” katanya.

Selain itu, jika harga di pasar belum menentu apalagi anjlok, sistem resi gudang ini, lanjut dia, bisa melindungi petani. Hasil pertanian yang disimpan di gudang akan mendapat resi, dan itu bisa dijaminkan ke Bank Jateng.

“Bisa dijaminkan ke Bank Jateng, dapat uang. Jadi sambil menunggu harga stabil, mereka tetap bisa punya modal tanam kembali. Ya seperti menggadaikan gabah ke resi gudang ini. Dengan pengelolaan baik, maka hasil pertanian bisa tinggi,” jelasnya.

Dari mekanisme sistem resi gudang itu, pengelola akan membantu menjualkan gabah yang telah digiling dengan harga maksimal. Nantinya, hasil penjualan itu akan dibagi dengan kapasitas 60:40.

“Dan dari pengalaman petani tadi, saya tanya empat kali menaruh gabahnya di sini, dia selalu untung. Biasanya nyimpen 11 ton, bisa untung sampai Rp 10 juta. Ini menarik dan saya berharap program ini diterapkan di daerah lain di Jawa Tengah,” pungkasnya.(HS)

Kasus Demo Tolak Omnibus Law Di Semarang, Jaksa Tuntut Tiga Bulan Penjara Bagi Empat Mahasiswa

Ganjar Kunjungi Lasmi, Legenda Ledek Tayub Asal Grobogan