
BANGUNAN cagar budaya Pasar Johar yang sebelumnya dilanda kebakaran pada 9 Mei 2015 lalu, saat ini masih dalam proses pembangunan ulang. Rencananya Pemkot Semarang akan tetap mempertahankan fisik bangunan, sesuai dengan bentuk aslinya. Terutama konstruksi tiang cendawan di dalam bangunan pasar yang pembangunan awalnya dirancang oleh Thomas Karsten pada tahun 1938. Apalagi meski hangus terbakar, tiang cendawan itu hingga kini masih berdiri kokoh menyangga pasar.
Selain pembangunan Pasar Johar lama, Pemkot Semarang juga akan membangun Pasar Kanjengan yang juga mengalami kebakaran pada 2016 lalu. Bangunan yang masuk dalam kompleks Pasar Johar tersebut akan dibangun empat lantai. Nantinya, kawasan Johar akan ditata lebih bagus, dan mengembalikan fungsi alun-alun seperti dulu.
Sekretaris Dinas Penataan dan Ruang (Distaru) Kota Semarang, Irwansyah mengatakan, renovasi Pasar Johar memang tidak hanya dikerjakan oleh Pemkot Semarang saja. Namun juga oleh Kementerian PUPR. Kementerian PUPR mengerjakan bagian tengah dan utara pasar.
Adapun nilai kontrak pekerjaannya Rp 146,09 miliar dengan kontraktor PT Nindya Karya. Pekerjaan yang dilakukan di antaranya rehabilitasi bangunan, pekerjaan rangka atap lengkung, dan mekanikal elektrikal. Juga pemasangan paving, pemasangan tegel los penjual daging, pengecatan rangka meja lapak dan pembuatan bak kontrol drainase. Sementara itu, revitalisasi bangunan depan pasar dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang.
Renovasi bangunan cagar budaya disesuaikan dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal, mulai dari perencanaan hingga pembangunan. Selain itu, renovasi mengutamakan prinsip pelestarian bangunan cagar budaya.
Adapun pengerjaan fisik Pasar Johar dimulai pada 2017 dengan anggaran yang berasal dari pemerintah pusat maupun daerah.
“Pekerjaan fisik kan baru mulai 2017. Pada 2015, terbakar, 2016 persiapan DED (detail engineering design), dan 2017 baru main sampai sekarang,” katanya, belum lama ini.
Renovasi pasar disesuaikan dengan keselarasan lingkungan dan mempertahankan kearifan lokal, mulai dari perencanaan hingga pembangunan. Selain itu, renovasi juga mengutamakan prinsip pelestarian bangunan cagar budaya.
Sementara dari berbagai sumber yang diperoleh, sejarah Pasar Johar dimulai lebih dari seabad yang lalu.
Pada tahun 1860 terdapat pasar yang menempati bagian timur alun-alun Semarang dan dipagari oleh deretan pohon johar di tepi jalan. Dari sinilah nama Pasar Johar itu lahir. Lokasi pasar tersebut berada di sebelah barat Pasar Semarang, yang biasa disebut sebagai Pasar Pedamaran. Berdekatan pula dengan penjara, sehingga menjadi tempat menanti orang yang menengok kerabat dan kenalan yang dipenjara.
Seiring perkembangan Kota Semarang pada era itu, Pasar Johar menjadi semakin ramai dan memerlukan perluasan ruang. Setelah melalui proses pengkajian, akhirnya diadakan perluasan Pasar Johar dengan menebang pohon johar dan membangun los baru. Saat itu Pasar Johar masih dimiliki oleh pertikelir (swasta). Pada tahun 1931, gedung penjara tua yang terletak di dekat Pasar Johar dibongkar sehubungan dengan rencana pemerintah kota untuk mendirikan Pasar Central modern.
Pasar Central lantas didirikan dengan tujuan mempersatukan fungsi lima pasar yang telah ada, yaitu Pasar Johar, Pasar Pedamaran, Pasar Beteng, Pasar Jurnatan, dan Pasar Pekojan.
Ir Thomas Karsten
Pada tahun 1933 dibuatlah usulan rancangan pertama oleh Ir Thomas Karsten, yang bentuk dasarnya menyerupai Pasar Jatingaleh dengan ukuran lebih besar. Pada tahap ini terdapat susunan atap datar beton dengan bagian tertinggi berada di pusat. Bagian kulit dibuat bertingkat, mengingat harga tanah yang sudah tinggi di kawasan tersebut.
Namun demikian, rancangan tersebut diubah pada tiga tahun berikutnya dengan tujuan untuk mengadakan efisiensi. Karena belum memenuhi keinginan, maka rencangan ini pun diubah kembali dengan gagasan konstruksi cendawa kembali dimunculkan. Rencana yang terakhir inilah yang akhirnya disepakati untuk desain pembangunan Pasar Johar.
Pada tahun 1960-an pernah diadakan perubahan berupa penempelan dinding tambahan pada sekeliling pasar. Hal ini menyebabkan tampilan arsitektur tidak serasi serta sistem penghawaan yang kurang lancar. Tambahan ini sekarang sudah dibongkar kembali.
Ditemui belum lama ini, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menegaskan, pihaknya ingin mengembalikan kejayaan Pasar Johar setelah terbakar beberapa tahun silam. Pemkot Semarang menargetkan pada 2020 nanti, sebagian pedagang yang saat ini direlokasi di dekat MAJT Semarang, untuk bisa menempati lapaknya di Pasar Johar. Sehingga roda perekonomian di sana kembali berputar, dan area Pasar Johar kembali menjadi pusat bisnis di Kota Semarang.
“Pembangunan yang dilakukan saat ini bukan merobohkan kemudian membangun gedung baru, melainkan hanya merevitalisasi sesuai estetika cagar budaya supaya bangunan tersebut kembali berdiri kokoh,” jelas Hendi,sapaan akrab Wali Kota Semarang.(HS)