
DI balik kebanggaan satu keberhasilan dalam berbisnis, menyimpan belasan kegagalan yang tak pernah diceritakan oleh seorang motivator bisnis. Ungkapan itu mungkin tepat bagi perjalanan bisnis Dr Muh Hayyi Wildani, pemilik rumah makan Bebek Goreng Moro Tentrem dan klinik praktik dr Hayyi di Jalan Kaligawe, Semarang.
Pria kelahiran Ponorogo, 16 September 1987 ini sejak kuliah di Fakultas Kedokteran Unissula Semarang sudah mencoba banyak usaha dalam berbisnis, mulai dari bisnis sekala kecil hingga bisnis besar seperti jasa ekspedisi. Kegagalan yang membuat dia rugi ratusan juta pun pernah dia alami. Bahkan beberapa tahun lalu, dia sempat kehilangan satu truk kontainer yang dibawa kabur oleh karyawannya beserta puluhan ton besi yang diangkutnya.
“Kegagalan sudah hal biasa dalam memulai bisnis. Tapi memang itulah seninya. Kita harus bangkit setelah gagal,” kata pria yang kini memiliki banyak usaha, seperti laundry, bimbingan belajar masuk fakultas kedokteran, klinik dokter, dan rumah makan ini.
Meski dia pun tak memungkiri bahwa di usianya yang masih relatif muda, 32 tahun, dia sudah bisa dikatakan sukses. Dengan banyaknya usaha yang dia jalankan, ada puluhan karyawan yang menggantungkan penghasilan pada bisnis yang dia geluti.
Namun menurutnya, dunia bisnis memang banyak lika-likunya. Kesuksesan yang dilihat orang lain, belum tentu membuat dirinya berpuas diri. Bahkan dia beranggapan, bahwa pencapaian yang didapat saat ini hanyalah pendapat orang lain yang belum tentu paralel dengan kesuksesan batinnya.
“Yang sebenarnya dalam bisnis itu banyak lika-liku. Tak seperti yang orang lain lihat. Karena ada beban yang berda dalam setiap pencapaian kesuksesan,” kata dia.
Setelah sukses dalam menjalankan bisnis dan menekuni profesi sebagai dokter keluarga, dr Hayyi pun kini mulai mencoba tantangan baru dengan masuk ke dunia politik. Di Pileg 2019 nanti, dr Hayyi akan maju sebagai calon legislatif Kota Semarang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), melalui daerah pemilihan (Dapil) III, Gayamsari, Genuk, dan Pedurungan.
“Saya berharap dengan masuk ke politik ide-ide saya bisa tersalurkan dengan baik. Karena saya saat ini backgroundnya adalah dokter, perbaikan masalah layanan kesehatan menjadi hal yang prioritas. Khususnya dalam pelayanan ke masyarakat Kota Semarang,” katanya.
Sebelum menjadi politikus, dengan segala keterbatasan, dirinya pun sudah mempraktikkan pelayanan kesehatan ke masyarakat. Salah satunya membuat program kartu sehat secara mandiri di tempat praktiknya.
Layanan yang diberikan adalah memberikan ribuan kartu sehat ke warga kurang mampu di sekitar lingkungannya. Bagi pemegang kartu sehat yang dikeluarkan olehnya, warga bisa berobat dengan layanan kesehatan dasar hanya dengan tarif Rp 15 ribu/pasien (sudah termasuk obat).
Layanan ini pun dinilai sangat membantu warga sekitarnya, khususnya warga kurang mampu. Karena tak semua keluhan penyakit, masyarakat mau menyempatkan diri datang ke rumah sakit. Ke depan, dia juga ingin memiliki klinik serupa di tiap kecamatan di Kota Semarang, yang melayani layanan bagi seluruh warga di Kota Semarang.
“Terlepas saya nanti jadi atau tidak di Pileg 2019, saya tetap ingin memiliki klinik kesehatan yang dekat dengan masyarakat, bahkan di pelosok desa. Ini sebagai pelayanan saya sebagai dokter kepada masyarakat,” tandasnya.(HS)