
HALO SEMARANG – Mahasiswa Univerisitas Semarang (USM) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Islam (Fokmi) menyemarakkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) dengan menggelar Upacara di halaman Masjid Baitur Rasyid USM (22/10/2019).
Kegiatan yang diikuti 50-an anggota serta pembina Fokmi ini merupakan kali pertama dilaksanakan melalui upacara mandiri dengan busana ala santri. Selain itu juga dalam memperingati HSN ini, anggota Fokmi putra diwajibkan untuk mengenakan sarung dan peci saat salat selama lima hari ke depan.
Pembina Fokmi, Soiful Hadi ST MKom memimpin upacara sekalugus membacakan sambutan Menteri Agama dalam menyambut HSN tahun ini.
Menurutnya pesantren adalah laboratorium perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai Islam yang rahmatallil ‘alamin, Islam yang ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama, menurutnya sangat penting di masyarakat yang plural dan multikultural.
“Dengan sikap seperti inilah agama disikapi dengan bijak dan toleran, sehingga perdamaian dapat terwujud. Santri sangat berkontribusi dalam merawat perdamaian dunia,” tuturnya.
Metode mengaji dan mengkaji, selalu mendapatkan bimbingan, transfer ilmu langsung dari kiai. Di pesantren, katanya, juga diterapkan keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab, bahkan sampai lintas mazhab. Di kala permasalahan santri muncul, penyelesaiannya menggunakan metode bahstul masail. Untuk mencari kekuatan hukum dengan cara meneliti dan mendiskusikan.
“Santri diajarkan untuk khidmah, mengabdi. Ini merupakan ruh dan prinsip loyalitas santri yang dibingkai dengan paradigma etika agama dan realitas kebutuhan sosial,” katanya.
Selain membacakan sambutan Menteri Agama, Pembina Fokmi juga menagajak kepada para mahasiswa untuk nyantri atau ngaji kepada kiai.
“Kami berharap mahasiswa USM tak hanya kuliah saja, tetapi juga belajar ilmu agama dengan menjadi santri untuk bekal akherat kelak. Karena USM kampus umum, sehingga materi agama harus ditambah melalui belajar dengan kiai,” ungkap Saiful.
Saat ini anggota Fokmi USM juga rutin menggelar ngaji kitab setiap Selasa sore bersama Dr KH In’amuzzahidin MA di Pesantren Nurul Hidayah. Tentunya ini menjadi salah satu pegangan bagi seorang mahasiswa untuk tetap menimba ilmu agama di kalangan pesanten walau hanya sebagai santri kalong atau tidak menetap.(HS)