
Para narasumber dalam Diskusi yang bertemakan “Pelibatan Perempuan Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” yang digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah berlangsung di Hotel Pandanaran Semarang.
HALO SEMARANG – Perempuan yang karakter genetisnya lemah lembut adalah agen perdamaian dalam mencegah faham terorisme dan radikalisme di Indonesia. Maka untuk itu perempuan dinilai memiliki peran penting guna memberikan pendidikan terutama di lingkungan keluarga, untuk pencegahan penyebaran faham radikalisme.
Namun, perempuan juga masih rentan bisa menjadi pelaku maupun sebagai korban dalam sebuah peristiwa terorisme.
Hal ini disampaikan Kepala Bidang Perempuan dan Anak Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, Retno Mawarini dalam diskusi yang membahas peran perempuan sebagai agen perdamaian.
Diskusi yang bertemakan “Pelibatan Perempuan Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” ini digelar oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah, baru-baru ini. Acara yang berlangsung di Hotel Pandanaran Semarang itu dihadiri oleh 130 peserta perempuan dari 35 organisasi wanita yang ada di Kota Semarang.
Menurut Retno, perempuan mempunyai peranan penting dalam upaya pencegahan bahaya pemikiran radikal maupun tindakan terorisme di lingkungan keluarga, dengan memberikan pemahaman kepada keluarga.
“Berikan pendidikan kepada anak-anak kita tentang pentingnya persatuan, nasionalisme, dan pemahaman religi yang benar agar anak-anak kita terhindar dari bahaya pemikiran radikalisme dan tindakan terorisme” jelas Retno.
Retno menambahkan, perempuan perlu memberikan edukasi bagi anak-anaknya untuk memberikan pemahamanan tentang nasionalisme dengan mencintai tanah air.
Pembicara lainya yaitu Kepala Seksi Partisipasi Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Setyo Pranowo mengatakan, sekarang ini para pelaku tindakan terorisme tidak lagi didomiinasi oleh laki-laki, namun perempuan juga. Sehingga upaya pencegahan perlu dilakukan sejak dini.
“Kami mengingatkan kepada ibu-ibu agar mewaspadai pemikiran radikal dan tindakan yang mengarah pada aksi terorisme” kata Setyo.
Ketua penyelenggara diskusi, Budiyanto mengatakan, digelarnya acara diskusi tentang peran perempuan tidak lepas dari adanya ancaman kejahatan yang luar biasa yang bisa menjadikan perempuan menjadi korban maupun pelaku.
Menurut Budi, perempuan mempunyai peran yang luar biasa dalam menghadapi kejahatan kemanusiaan luar biasa (ordinary crime), sehingga merasa perlu untuk diajak berdiskusi.
“Peranan perempuan itu penting dalam menghadapi ancaman pemikiran radikal maupun tindakan terorisme sehingga kami berinisiatif untuk mengumpulkan perempuan dari berbagai latar belakang organisasi untuk diajak diskusi dan dialog bersama-sama dengan FKPT,” kata Budi.
Dalam diskusi ini, kata Budi, pihaknya mengkomunikasikan kepada masyarakat untuk bersama-sama menjadikan Jawa Tengah damai, tentram, dan bebas dari ancaman-ancaman ujaran kebencian yang tidak sesuai dengan Pancasila, ataupun faham-faham yang tidak sesuai dengan negara Indonesia.(HS)