in

Pemerintah Diminta Lebih Perhatikan Sektor Pertanian

Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko.

HALO SEMARANG – Pemerintah dinilai masih kurang memperhatikan sektor pertanian. Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko, baru-baru ini. Menurutnya, selain UMKM, sektor pertanian merupakan satu-satunya sektor yang tetap eksis dalam masa pandemi Covid-19.

“Saya mengingatkan pesan Bung Karno bahwa pangan itu merupakan hidup matinya suatu bangsa,” ucap politisi Partai Gerindra ini.

Dia menegaskan, sektor pertanian tidak hanya bicara tentang produksi atau stok saja, tetapi menyangkut soal kedaulatan negara. “Meski semangat swasembada pangan terus digelorakan, namun ada kecenderungan tidak ada upaya untuk melakukan swasembada pangan, dan selalu berencana untuk melakukan impor. Ini yang membuat melemahnya semangat generasi muda untuk merambah ke sektor pertanian sebagai pilihan profesi,” tukasnya.

Dikatakan, untuk mengupayakan swasembada, pemerintah tidak boleh hanya fokus pada lini hulu. Dikatakan, untuk membangun sektor pertanian yang berdaya saing bukan hanya permasalahan budi daya, infrastrukur, dan aspek produksi semata.

“Kita perlu memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek hilir. Perlu berkaca pada realita empiris yang terjadi belakangan. Harga kebutuhan pokok hasil pertanian harganya naik tajam, dan cenderung susah dikontrol. Hal itu karena ketergantungan impor, serta belum adanya perhatian yang baik pada sektor pertanian. Sektor ini masih terlihat seperti dibebaskan, dan tanggung jawabnya hanya dibebankan ke petani dan tengkulak. Akhirnya menjadi ‘liar’ dan tak bisa dikendalikan dengan baik,” katanya setelah dia mempelajari persoalan pertanian dari berbagai sumber, termasuk para akademisi di Jawa Tengah.

Menurutnya, masalah yang dihadapi pada sektor pertanian bukan masalah hulu belaka. Lebih daripada itu, kondisi tersebut adalah buah dari kegagalan pasar menciptaan keseimbangan. Membangun sektor pertanian adalah pekerjaan komprehensif. Upaya memberdayakan petani tak cukup dengan memacu petani berproduksi. Tetapi juga memastikan produknya diserap pasar dengan harga baik.

“Perhatian lebih perlu diberikan kepada aspek pasar, harga dan segala lini distribusi serta beragam aspek non budi daya lain. Semua hal ini bertujuan agar paradigma pembangunan sektor pertanian tak hanya terpaku pada aspek produksi saja,” katanya.

Ketahanan pangan lewat produksi pertanian memang menjadi sorotan utama kalangan dewan Provinsi Jateng, terlebih masih banyaknya produksi pertanian dalam negeri kurang mendapat perhatian dan diperparah dengan kondisi kesejahteraan petani cukup memprihatinkan.

Ketua Komisi B DPRD Jateng, Sumanto menyebut, adanya tren penurunan profesi petani yang semula 60% persen dari jumlah penduduk Jateng kini menjadi 20%. Tak hanya itu penghasilan petani jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Karena itulah banyak di kalangan masyarakat terlebih generasi muda lebih memilih menjadi buruh pabrik yang terjamin kesejahteraannya.

Dia juga menyebutkan pengelolaan hasil pertanian juga harus memperhatikan harga pasar, terutama beras karena menyangkut sektor ketahanan pangan yang belakangan menjadi sorotan pemerintah pusat.

“Masyarakat Jateng yang berprofesi sebagai petani 3.5 juta jiwa dengan rata-rata usia 40 sampai 50 tahun ke atas. Sedangkan usia produktif kategori umur usia 20 sampai 40an tahun lebih memilih menjadi buruh karena upah yang didapat lebih menjanjikan, berdasarkan fakta upah atau penghasilan petani jauh di bawah UMR. Keadaan tersebut diperparah harga beras lokal cenderung fluktuatif dan jauh dibawah harga pasar bersaing dengan beras import,” kata dia, baru-baru ini.

Selanjutnya Sumanto bersama kalangan Komisi B DPRD Jateng saat ini berusaha meningkatkan kualitas sektor pangan lewat raperda penguatan balai pertanian, perkebunan dan peternakan. Di samping itu, bersama dinas terkait menggandeng perguruan tinggi yang bergerak dalam bidang serupa terus mengupayakan teknologi pertanian yang mumpuni sehingga bisa menarik minat masyarakat generasi milenial dan generasi Z untuk terjun kembali di dunia agraria.

“Di Jateng ada 35 kabupaten kota dengan luasan lahan mencapai 2.4 juta hektare, dan apabila tidak ada gebrakan menjanjikan, maka lahan tersebut menurun juga minat masyarakat generasi saat ini di sektor pertanian akan perlahan menghilang. Bersama dinas terkait dan rekan dewan, kami tengah menyusun raperda peningkatan balai, dengan harapan memfasilitasi masyarakat lewat pemberian bibit juga pelatihan pengelolaan secara baik. Tentunya didukung lewat kebijakan harga beras lokal bisa mengimbangi harga beras import, namun dengan kualitas jauh lebih baik. Lewat edukasi bersama dengan dinas terkait memberi gambaran ke generasi milenial dan z bahwa profesi petani juga bisa sejahtera,” tambah Sumanto.(Advetorial-HS)

Asah Pengalaman Atlet Sepeda, ISSI akan Gelar Even Bupati Cup 2022 Kendal Enduro Challenge

Sepuluh Tahun Mengumpulkan dan Menjual Botol Bekas, Mbah Jumi’ah Bisa Kurban Sapi Tahun ini