HALO SEMARANG – Seorang pelajar di Temanggung berinisial RSE (14) nekat membakar sekolahnya sendiri menggunakan molotov. Diduga aksi itu dilakukan karena kesal sering dibully oleh teman dan gurunya. Meski demikian, pihak kepolisian masih mendalami peristiwa ini. Saat ini tes kejiwaan pada RSE masih dilakukan.
“Kita tes psikologi. Sudah kita upayakan dan sudah berproses walaupun psikologi bukan dari Polda, ini pemerhati yang cenderung bergerak di bidang psikologi sudah berpengalaman,” ujar Kapolres Temanggung, AKBP Agus Puryadi di upacara dan kirab kebangsaan dalam rangka HUT Bhayangkara ke-77 di Lapangan Pancasila Simpanglima Kota Semarang, Sabtu (1/7/2023).
Dari hasil pemeriksaan, Agus mengatakan, RSE memang kerap dirundung oleh rekan-rekannya. RSE juga merasa sakit hati karena tidak terpilih sebagai ketua Palang Merah Remaja (PMR) di sekolahnya. Selain itu, RSE juga sakit hati karena diberi tugas prakaryanya lalu diberi nilai jelek oleh gurunya.
“Bully kan ada 3 itu yang pertama dia dibully bahwa oleh temen-temennya dipanggil oleh nama ayahnya sebut saja A, hey anaknya A. Kedua waktu dia ikut organisasi itu PMR itu dicalonkan oleh beberapa teman untuk ikut kontestasi pemilihan ketua tapi tidak terpilih dia nganggap saya bisa kok tapi tidak terpilih. Terakhir saat dia membuat prakarya hanya dinilai biasa oleh guru-gurunya. Nah cuma dia responnya berlebihan ada apa, dan kenapa respon berlebihan ini? Maka kami melakukan upaya (psikologi),” terangnya.
RSE kemudian merencanakan aksi pembakaran itu dengan mempelajari dan meracik bahan-bahan bom molotov itu selama 2 pekan. Percobaan pertama, ia coba meledakan bom molotov itu di belakang rumahnya.
“Akhirnya dia merencanakan niat itu 2 pekan prosesnya. Minggu pertama jadi bahan molotovnya dicoba di belakang rumah berhasil. Kemudian seminggu berikutnya langsung bikin 2 dan eksekusi,” paparnya.
Selain itu, pihak sekolah tidak berencana menghukum pelaku dan mengeluarkannya dari sekolah. Sekolah juga masih mengajukan perbaikan gedung sekolah yang tebakar kepada dinas terkait.
“Yang terpenting sekolah ini tidak niat untuk menghukum dia, dia tetap melakukan laporan polisi karena gedung terbakar, yang meh ngijoli (mau ganti) siapa kalau bukan dinas di atasnya dalam hal ini pengajuan. Tapi di sisi lain sekolah ini masih bertanggung jawab, tidak anak ini saya pecat sambil menunggu hasil psikologi,” bebernya.
Saat ini pelaku masih dalam pengawasan kepolisian meski tidak ditahan. Ia juga masih harus menjalani wajib lapor secara rutin.
“Nggak ditahan. Setelah kita tetapkan tersangka yang bersangkutan kita titipkan ke orang tua kemudian dalam rangka itu kita wajibkan apel sampai perkaranya selesai dalam arti kita limpahkan ya limpahkan,” tuturnya.
Untuk diketahui, RSE (14) membakar sekolahnya sendiri, SMP Negeri 2 Pringsurat pada Selasa (27/6/2023) dini hari kemarin. Akibat peristwa itu 3 ruangan menjadi korban. Satu gudang ruang prakarya hangus terbakar, sementara atap di dua kelas juga ikut hangus.(HS)