
KOTA SEMARANG ternyata pernah memiliki padepokan silat yang cukup masyhur pada tahun 90an. Padepokan silat Gunung Talang, yang terletak di bukit Gunung Talang, Kelurahan Bendan Dhuwur, Kecamatan Gajahmungkur ini, dulunya sempat menjadi basecamp atlet dan seluruh perguruan pencak silat di Kota Semarang pada tahun 1990-an.
Meski demikian selama kurun waktu 10 tahun terakhir padepokan itu tak lagi ada aktivitas dan akhirnya terlantar. Bangunannya rusak dan mangkrak membuat kesan mistis sangat terasa saat memasuki kawasan ini.
Warga di Kota Semarang memang belum banyak yang mengetahui, adanya sebuah bukit yang dikenal dengan nama Gunung Talang di wilayah Sampangan tersebut.
Jika dari arah Jalan Menoreh Raya, sebelum jembatan besi Sampangan, tepat di pertigaan itu, terdapat kawasan “hutan kecil” dan bukit di sisi kiri jalan.
Di atas bukit itulah terdapat Padepokan Gunung Talang.
Untuk sampai ke puncaknya, ada jalan beraspal yang cukup lebar, sehingga baik kendaraan roda dua atau roda empat bisa melewatinya.
Di situlah berdiri sebuah bangunan joglo besar yang sebagian besar konstruksinya terbuat dari kayu jati. Namun kini di beberapa bagian bangunan sudah rusak, seperti atapnya ambrol, kayu yang mulai lapuk, dan tumbuhan liar yang hidup di tengah bangunan. Karena lama mangkrak, kesan angker sangat terasa saat halosemarang.id mendatangi kawasan ini.
Dari cerita warga, dulunya, bangunan berbentuk joglo limasan yang dikelilingi rerimbunan pohon itu merupakan padepokan silat yang digunakan untuk latihan atlet pencak silat dari banyak perguruan silat di Kota Semarang pada tahun 1980 hingga 1990-an. Di padepokan ini, juga ada sekretariat perguruan silat di seluruh Kota Semarang. Seperti perguruan Merpati Putih, Kala Hitam, dan lainnya.
Menurut Imam Rahmayadi, mantan pesilat perguruan Merpati Putih, dulu di sekitar padepokan berbentuk joglo limasan ini, berdiri sekretariat silat dari semua perguruan pencak silat yang ada di Kota Semarang.
“Dan di padepokan ini ada pertandingan atau kejuaraan pencak silat secara reguler bagi semua perguruan pencak silat di Kota Semarang dan Jawa Tengah. Atlet andalannya akan dikirim ke sini untuk adu kekuatan.
Pesertanya merupakan jawara-jawara pencak silat perwakilan perguruan masing-masing,” katanya, Selasa (30/7/2019).
Sayangnya karena tak lagi representatif padepokan tersebut sudah lama tidak digunakan untuk latihan.
“Dulu di padepokan ini ada tempat latihan yang cukup luas, berukuran 25×25 meter. Sehingga bisa diisi untuk dua matras, dan kerap jadi tempat pertandingan pencak silat,” katanya.
“Sekarang tidak dipakai karena kondisi sudah tidak representatif. Arena pertandingan ini pada eranya jadi kebanggan atlet pencak silat Kota Semarang,” terangnya.
Menurut cerita warga, bangunan berbentuk joglo limasan itu sebelumnya berada di Kanjengan dan menjadi bagian dari bangunan pemerintah Kabupaten Semarang.
Sekitar tahun 1974, pendapa itu dipindah dari Kanjengan ke Gunung Talang.
“Bangunan keseluruhannya pun dari kayu jati. Kalau sekarang soko gurunya dari cor beton, karena sekitar tahun 1978 bangunan asli roboh diterjang angin kencang. Kemudian dibangun lagi dan menjadi padepokan untuk berlatih dan bertanding pencak silat,” tutur Imam.
Jumlah soko guru bagian tengah pun dahulu hanya empat, bukan 12 seperti sekarang ini.
Kawasan Gunung Talang juga sempat dikelola Dinas Kebesihan dan Pertamanan Kota Semarang dan hendak dibangun jogging track, parkir pengunjung, gardu pandang, mushala dan kafe kecil.
“Namun nyatanya sekarang tidak ada lagi petugas yang merawat kawasan itu,” ujarnya.
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Semarang sempat berencana menghidupkan kembali Padepokan Gunung Talang ini.
Hal itu dipaparkan Ketua IPSI Kota Semarang, Joko Santoso belum lama ini.
“Kami telah mengusulkan renovasi Padepokan Gunung Talang namun belum bisa kami realisasikan karena butuh dukungan dari pemerintah kota,” kata Joko Santoso.
Sementara kawasan Padepokan Gunung Talang, meski berada di tempat yang agak tersembunyi dan terkesan angker masih banyak dikunjungi warga untuk keperluan pengambilan foto atau video.
“Di sini masih ada bangunan tua yang dikelilingi hutan. Sehingga Gunung Talang ini sangat menarik untuk dieksplore,” kata Thorax, salah satu sutradara pembuatan video lokal di Semarang, saat ditemui di lokasi.
Ditambahkan, dia sengaja mengambil lokasi syuting di Gunung Talang karena dinilai tepat dengan konsep alam yang akan dia angkat. Di sini suasanya mendukung, karena ada akar menggantung, dedauan, dan banyak hutan.
“Sebelumnya kami juga mengambil video di kawasan Tinjomoyo, juga konsep suasana alam hutan,” pungkasnya.(HS)