
HALO SEMARANG – Beberapa nelayan di Kota Semarang mengaku kesulitan menjual hasil tangkapan ikan karena harga yang turun. Hal itu diperkirakan karena dampak ekonomi pandemi Covid-19 atau wabah corona yang sedang melanda Indonesia.
“Beberapa jenis ikan harganya turun drastis. Hanya beberapa jenis yang harganya stabil, bahkan cenderung naik. Seperti cumi. Namun hampir semua hasil laut turun harga karena permintaan menurun akibat banyak restoran dan tempat makan yang tutup,” kata Minto, pedagang ikan di Tambaklorok, Semarang, Sabtu (30/5/2020).
Hal senada juga disampaikan tokoh masyarakat di perkampungan nelayan Tambakrejo, Semarang, Rohmadi.
Di tengah pandemi corona ini, sebagian warga di lingkungannya mengaku kesulitan menjual ikan hasil tangkapan melautnya ke pasaran. Sehingga nelayan mengalami penurunan pendapatan dari hasil melaut sejak Maret 2020.
“Kami kesulitan menjual hasil melaut karena harga ikan yang anjlok. Sehingga banyak yang tak melaut, apalagi saat ini rob sedang tinggi,” katanya.
Rohmadi menuturkan, sejumlah nelayan di wilayahnya memang masih ada yang melaut untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Namun sebagian lagi sudah mulai mencoba budi daya kerang hijau dan tiram di sekitar tempat hunian.
“Sebagian besar warga di sini memang nelayan. Meski ada beberapa yang jadi pedagang ikan dan buruh,” kata Rohmadi.
Sebagai informasi, tutupnya restoran dan hotel imbas pandemi Covid-19 membuat permintaan terhadap komoditas memang perikanan menurun. Akibatnya harga ikan anjlok sehingga merugikan nelayan.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko, Marves Safri Burhanuddin menjelaskan, permintaan terhadap ikan turun sedangkan pasokan cukup berlimpah sehingga harga terkoreksi.
“Kita tahu distribusi hasil panen ikan tetap berlimpah meski harga ikan menurun. Kenapa menurun? bisa dimengerti karena supply-demand. Supply konstan, demand-nya berkurang. Demand berkurang karena restoran tutup, kebanyakan hotel tidak berjalan,” kata dia dalam konferensi pers virtual, Minggu (31/5/2020).
Namun dirinya memastikan saat ini harga komoditas perikanan tersebut sudah berangsur membaik. Ekspor pun didorong kembali agar hasil produksi nelayan terserap pasar.
“Untuk meningkatkan itu, ekspor mulai berjalan sekarang. Jadi ada beberapa ekspor dalam 2-3 pekan ini. Kami dapat data ekspor mulai bergerak kembali meski belum sampai normal, tapi sudah mulai bergerak,” jelasnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP) bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga berkomitmen agar perusahaan pelat merah sektor perikanan menyerap produk nelayan.
“Sudah keluar surat bersama antara Menteri KP dengan Menteri BUMN untuk membantu melalui PMN (penyertaan modal negara), khusus untuk Perindo dan Perinus untuk mengambil ikan produk-produk perikanan tangkap nelayan dan produk-produk budi daya masyarakat agar tidak terjadi over stock,” tambahnya.(HS)