
HALO SEMARANG – Mantan Menteri Kehakiman (kini disebut Menteri Hukum dan HAM) dan Menteri Sekretaris Negara pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan, Prof Dr H Muladi, SH ingin, generasi muda saat ini bisa berpikir global namun bertindak lokal.
Maksudnya, generasi muda tetap memiliki wawasan dan pemahaman soal teknologi terkini, namun juga memegang teguh budaya dan adat istiadat Indonesia. Hal itu disampaikan pria yang lahir di Surakarta, 26 Mei 1943 dan kini menjabat sebagai Ketua Yayasan Alumni Undip Universitas Semarang (USM) di depan wartawan dalam persiapan menggelar seminar nasional “Kompleksitas Ideologi Pancasila di Era Millenial”, Jumat (1/3/2019).
“Negara jika ilmu pengetahuan dan teknologi menghancurkan suatu bangsa, karena masyarakatnya meninggalkan budaya dan tradisinya. Ini sangat mungkin, karena iptek sekarang berkembang sangat pesat. Sedangkan bangsa Indonesia ini merupakan negara besar dengan banyak suku, agama, ras, dan golongannya. Maka untuk itu, dalam lingkup kecil, Universitas Semarang yang kami kelola, para mahasiswa juga kami bekali dengan wawasan kebangsaan. Hal itu agar jadi nilai lebih mahasiswa setelah mereka lulus nanti,” katanya.
Dalam waktu dekat, pihaknya memang akan menggelar seminar nasional “Kompleksitas Ideologi Pancasila di Era Millenial” di Aula Gedung V Lantai 6 Universitas Semarang, Sabtu 16 Maret 2019. Seminar yang mendatangkan keynote speaker Mentreri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir, Mohammad Mahfud MD, dan Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan pengetahuan wawasan kebangsaan bagi mahasiswa USM.
Diharapkan, setelah lulus nanti alumni USM bisa menjadi manusia unggul yang tak hanya pintar akademis saja. Namun juga punya nasionalisme dan tak mudah terjerumus dalam ideologi-ideologi yang bisa merusak kesatuan bangsa.
“Masuknya era globalisasi ini tak bisa dipungkiri dan harus disiapkan dengan baik. Pendidikan sekarang banyak yang hanya memuja iptek. Kami tak menutup itu, hanya saja mahasiswa harus disiapkan etikanya juga,” katanya.
Menurutnya, mengikuti peradaban zaman memang penting. Tapi menurutnya, memegang budaya yang ada di masyarakat juga sangat penting. Pihaknya, melalui USM ingin mencetak generasi muda yang menghargai kebangsaan, keagamaan, dan kemanusiaan dalam berbangsa.
“Maka untuk itu, seluruh mahasiswa USM akan kami bekali dengan lima komponen. Pemahaman ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), imam dan takwa, wawasan kebangsaan, melek teknologi digital, dan kemampuan bahasa Inggris dengan standar tertentu,” tandasnya.(HS)