
SELAIN terkenal dengan penghasil buah durian, di Kecamatan Mijen, Kota Semarang juga terdapat sebuah kampung jamu tradisonal yang cukup terkenal, tepatnya di Kelurahan Wonolopo.
Memang belum banyak orang luar Semarang yang mengetahui jika daerah ini sebagian besar warganya berprofesi sebagai penjual jamu, baik dengan cara digendong atau dibawa menggunakan motor. Jamu yang dijual warga, merupakan jamu herbal yang memanfaatkan tanaman berkhasiat bagi kesehatan tubuh.
Sejarah warga Kelurahan Wonolopo banyak yang berprofesi sebagai penjual jamu, tak lepas dari peran salah satu tokoh masyarakat di wilayah itu.
Pada tahun 1985 ada seorang pendatang dari Solo yang berjualan jamu di wilayah Kelurahan Wonolopo (dulu Kelurahan Mijen).
Pendatang tersebut membawa pengaruh besar untuk masyarakat sekitar, yaitu dengan mengajarkan keterampilan kepada masyarakat, sehingga mereka bisa berwirausaha sebagai perajin jamu. Kemudian usaha penjualan jamu ini menjadi turun-temurun dan berkelanjutan ke anak-anak mereka, dengan mendirikan usahanya sendiri dan menjualnya ke luar kampung.
Hingga akhirnya kampung ini dikenal sebagai kampung jamu, karena banyak warganya yang berprofesi sebagai penjual jamu dan menyebar di wilayah Kecamatan Mijen dan sekitar.
Bahkan, mereka berharap usaha penjualan jamu tersebut menurun ke cucu mereka supaya tradisi atau usaha ini terus mampu bertahan.
Sebagian besar penjual jamu tersebut berasal dari RT 03/RW10 dan RT 02/RW 10 Dusun Sumber Sari, Kelurahan Wonolopo, Kecamatan Mijen.
Ketua Paguyuban Jamu Gendong Sumber Husodo Wonolopo, Kholidi menceritakan, warga di kampung itu dulunya rata-rata merupakan petani dan pekerja bangunan.
Profesi perajin dan penjual jamu baru ada pada kisaran tahun 1980-1981. Pada waktu itu, hanya ada tiga orang yang menggagas profesi tersebut. Setelah tiga tahun berselang, ternyata usaha mereka mengalami perkembangan.
Warga lainnya menjadi tertarik dan mulai mengikuti dengan beralih profesi menjadi tukang jamu.
“Saat jumlah profesi tukang jamu menjadi banyak di Kampung Sumbersari, maka warga pun memutuskan untuk menanam sendiri tumbuh-tumbuhan bahan meramu jamu. Sebelumnya, mereka mendapatkan bahan tersebut dari daerah Sambiroto. Misalnya saja, kunyit asem, beras kencur, cabe lempuyang, wejahan, dan jeruk pahit,” katanya, belum lama ini.
Kampung Jamu, katany, berada di RT 2 dan RT 3, RW 10 Sumbersari. Usaha jamu gendong telah membawa kemaslahatan bagi anggota dan warga. Secara ekonomi telah meningkatkan ketercukupan kebutuhan sehari-hari bahkan bisa untuk menyekolahkan anak.
“Dulu warga kami banyak yang bekerja sebagai buruh, dan ibu-ibu banyak menganggur. Sejak berdagang jamu gendong perekonomian mulai membaik, bahkan pendanaan pembangunan kampung bersumber swadaya masyarakat dari hasil usaha jamu tersebut. Seperti membangun gedung RT, jalan dan drainase kampung,” terangnya.
Kholidi kini juga getol mensosialisasikan bagi tiap warga untuk memperbanyak tanaman toga di setiap rumah warganya. Selain sebagai identitas juga sebagai ketercukupan bahan baku.
“Untuk bahan baku kami memanfaatkan alam, banyak petani tetangga desa yang menanam bahan baku jamu seperti temu lawak, kunyit, daun pepaya dan manjakani. Tiap hari bisa mencapai 50 kilo, saya sendiri sampai 10 kg perhari,” katanya yang memiliki area pemasan di Pasar Simongan.
Dikatakan, setiap hari ibu-ibu penjual jamu gendong dari kampungnya bisa membawa 15-20 liter jamu, dan bagi yang memakai motor bisa sampai 70 liter. Mereka membawa aneka jamu seperti beras kencur, gula asem, cabe puyang, daun pepaya, kunyit, manjakani, brotowali dan lainnya.
“Kampung kami terkenal dengan kualitas jamu gendong yang baik, jadi mutu benar-benar kami utamakan. Standarisasi kami terapkan kepada para anggota sehingga jaminan mutu terjaga,” ujarnya.
Tiap perajin juga diminta tak memakai bahan pengawet, pemanis buatan, atau campuran kimiawi. Ditambahkan Kholidi, pihak kelurahan juga kerap menyambangi anggota paguyubannya.
“Lurah selalu memberi suport kami, pengarahan dan rembugan sebagai jalinan komunikasi antarwarga,” terangnya.
Sementara, Kasi Pembangunan Kelurahan Wonolopo, Agung Purnomo menyampaikan, setidaknya ada dua desa yang diusulkan sebagai Kampung Tematik yakni Sesa Sumbersari dengan kampung jamunya dan Desa Sidorejo dengan sekolah anggreknya.
“Wonolopo kaya akan keindahan dan hasil alamnya, kami juga sudah mengajukan proposal ke pemkot usulan untuk sebagai desa wisata,” katanya.(HS)