MASJID Besar Kauman Semarang yang terletak di Jalan Alun-alun Barat Semarang, dulu merupakan pusat syiar agama Islam pada masa lampau. Masjid yang dulu ada di depan alun-alun Kota Semarang ini, kerap digunakan untuk penyelenggaraan pengajian sekala besar, serta jadi tempat berkumpulnya ulama besar di Kota Semarang ketika membahas banyak hal tentang agama.
Akan tetapi sejak 1938, alun-alun yang ada di depan masjid ini beralih fungsi menjadi kawasan komersial, yaitu sejak adanya Pasar Johar, Pasar Yaik, dan menjadi kawasan perdagangan Johar.
Sebagai salah satu masjid tertua di Kota Semarang, masjid ini memiliki sejarah panjang dan menjadi kebanggaan warga Semarang.
Selain bangunannya yang khas, seperti halnya pada masjid-masjid kuno di pulau Jawa, Masjid Agung Semarang berada di pusat kota (alun-alun) dan berdekatan dengan pusat pemerintahan (kanjengan) dan penjara. Serta tak berjarak jauh dari pusat perdagangan (Pasar Johar). Ini merupakan ciri khas dari tata ruang kota pada zaman dahulu.
Tak hanya itu, masjid yang berdiri di Kelurahan Kauman, Kecamatan Semarang Tengah ini juga memiliki banyak catatan sejarah sebagai pusat penyebaran tauhid. Namun tidak diketahui secara pasti sejak kapan Masjid Agung Semarang ini dibangun.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, Masjid Agung Semarang juga menyimpan cerita yang menarik. Masjid ini nenjadi satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia secara terbuka hanya beberapa saat setelah diproklamirkan.
Seperti diketahui peristiwa proklamasi yang dibacakan Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta di Pegangsaaan Timur no 56 Jakarta pada hari Jum’at pukul 10.00 pagi. Lebih kurang satu jam setelah itu, yaitu pada saat sebelum Shalat Jum’at, Alm dr Agus, salah seorang jama’ah aktif di Masjid Agung Semarang melalui mimbar Jum’at dan di hadapan jama’ah mengumumkan terjadinya proklamasi RI.
Keberanian Alm dr Agus harus dibayar mahal, karena setelah peristiwa itu dirinya dikejar-kejar tentara Jepang dan melarikan diri ke Jakarta hingga meninggal di sana. Sebagai penghargaan atas peristiwa tersebut, pada tahun 1952, Presiden RI pertama Ir Soekarno menyempatkan diri hadir untuk melakukan Shalat Jumat dan berpidato di masjid ini.
Hingga saat ini masih belum diperoleh keterangan ataupun data yang akurat yang dapat memastikan kapan masjid Agung Semarang mulai dibangun dan didirikan.
Berdasarkan catatan-catatan sejarah dan cerita-cerita tutur yang dapat dijadikan dasar rujukan, masjid ini didirikan pertama kali pada pertengahan abad XVI masehi atau pada masa kesultanan Demak.
Dalam cerita sejarah Yayasan Masjid Agung Semarang (MAS), masjid ini didirikan oleh Sunan Pandan Arang atau dikenal juga dengan sebutan Ki Ageng Pandan Arang. Bagi warga Semarang, mereka menyebutnya dengan nama Pandanaran. Ulama ini dipercaya masyarakat sekitar sebagai seorang maulana dari negara Arab yang bernama asli Maulana Ibnu Abdul Salam. Oleh Sunan Kalijaga-lewat Sultan Hadiwijoyo (Pajang), Sunan Pandan Arang ditunjuk untuk menggantikan kedudukan Syekh Siti Jenar.
Sunan Pandan Arang ditugaskan untuk menyampaikan syiar Islam di daerah sebelah barat Kasultanan Bintoro Demak. Belakangan, daerah ini dikenal dengan nama ‘Semarang’, yang konon berasal dari kata asem arang (pohon asam yang tumbuhnya jarang).
Saat mengawali dakwah dan syiar Islam di tlatah (wilayah) baru ini, Sunan Pandan Arang mendirikan sebuah padepokan untuk pusat kegiatan dakwah Islam di kawasan bukit Mugas.
Kembalikan Fungsi
Dalam penyebaran Islam, Sunan Pandan Arang atau Pandanaran mendirikan padepokan lagi di perkampungan Bubakan Semarang. Karena pengaruhnya, dia pun diangkat sebagai Bupati Semarang I.
Saat itu pula, pusat kegiatan syiar yang ada di Mugas dipindahkan ke Bubakan dengan mendirikan masjid yang pada perkembangannya berdekatan dengan kekuasaan VOC.
Namun pada masa pendudukan kolonial Belanda, pecahlah pemberontakan etnis China terhadap Pemerintah Kolonial Belanda di Semarang. Masjid ini pun sempat terbakar habis.
Sekretaris Masjid Kauman Semarang, Muhaimin mengatakan, Masjid Kauman Semarang merupakan rangkaian perkembangan dari sejarah pembangunan masjid di Semarang. Masjid pertama yang dibangun Pandan Arang di Semarang dulu terletak di daerah Mugas.
Ketika beliau hijrah ke kota Semarang bagian bawah dan mendirikan kabupaten Bubakan, sekaligus juga mendirikan masjid sebagai tempat ibadah.
“Setelah terbakar, pembangunan masjid yang terletak di komplek Alun-alun Semarang yang akhirnya mengabdikan nama Kiai Adipati Surohadimenggola II sebagai pendiri pertama Masjid Besar Kauman Semarang,” katanya, Senin (23/9/2019).
Jika dilihat dari inskripsi berbahasa dan berhuruf jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk pada Masjid Kauman Semarang, dijelaskan bahwa pada tahun 1170 Hijriah yang bertepatan pada tahun 1749 Masehi, masjid ini pernah dibangun ulang.
Masjid Kauman, juga menjadi salah satu bangunan yang bernilai sejarah karena berkaitan dengan Kota Semarang Lama. Sehingga kawasan Kauman Semarang, termasuk masjid Kauman, akan dilakukan penataan kembali oleh Pemkot Semarang.
Pemkot Semarang akan mengembalikan fungsi alun-alun Kota Semarang, bersamaan dengan penataan Pasar Johar baru, karena pasar Johar yang lama telah terbakar empat tahun lalu. Direncanakan, pembangunan alun-alun Kota Semarang tersebut nantinya akan sama dengan masjid Agung Semarang yang berada dekat Simpanglima, sedangkan Masjid Besar Kauman Semarang persis di depan Alun-alun.
“Adapun pelaksanaan pembangunan Pasar Johar dan Alun-alun akan ada dua tahap pengerjaan, untuk tahap pertama dianggarkan sekitar Rp 47 miliar,” kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, saat ground breaking proyek Penataan Pasar Johar, beberapa waktu lalu.
Konsep Alun-alun Pasar Johar, nantinya akan difungsikan sebagai ruang terbuka hijau dan ruang publik. Di mana, misalnya akan dipakai untuk aktivitas warga, seperti momen Dugderan dan Shalat Id yang menampung banyak jamaah.(HS)