HALO SEMARANG – Pemerintah melonggarkan sejumlah aturan dalam penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Hal tersebut berdasarkan kondisi pandemi Covid-19 yang mulai mereda. Meski begitu, masyarakat diminta tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) selama masa transisi pandemi menuju endemi Covid-19.
Ketua DPRD Jateng, Bambang Kusriyanto mengatakan, pemerintah pusat tengah menyiapkan roadmap masa transisi dari pandemi ke endemi. Saat ini, lanjutnya, berbagai pelonggaran sudah diterapkan. Di antaranya dihapusnya syarat hasil tes Covid-19 negatif bagi pelaku perjalanan domestik baik darat, laut, dan udara. Selain itu, pemerintah menghapus kewajiban karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri.
“Sudah dua tahun kita berada di masa pandemi Covid-19. Tentu menjadi harapan bersama agar status berubah menjadi endemi saat Covid-19 dianggap sebagai penyakit biasa,” ujarnya dalam Sosialisasi Non Perda “Transisi Menuju Endemi Covid-19” yang digelar di Aula Kantor Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, Jumat (11/3/2022).
Meski begitu, dia meminta masyarakat tetap menerapkan prokes selama masa transisi dari pandemi menuju endemi. Sebab, status endemi membutuhkan sejumlah syarat. Diantaranya tingkat penularan Covid-19 yang rendah dan dapat dikendalikan.
“Menjaga prokes tetap perlu dilakukan sehingga meski masyarakat bebas beraktivitas, tingkat penularan dapat ditekan,” katanya dalam acara yang dimoderatori Ricky Fitriyanto tersebut.
Ketua DPRD Kabupaten Semarang, Bondan Marutohening yang menjadi nara sumber menambahkan, kasus Covid-19 di Kabupaten Semarang saat ini sudah jauh menurun. Per Jumat (11/3/2022), ada tambahan 31 kasus harian Covid-19 di Kabupaten Semarang. Angka tersebut jauh lebih rendah dibanding beberapa waktu lalu saat titik tertinggi kasus harian Covid-19 mencapai 158 kasus.
Namun Bondan memperkirakan jumlah kasus sebenarnya bisa lebih tinggi. Pasalnya, banyak warga yang merasakan gejala namun tidak melakukan tes.
“Bagi yang kondisi fisiknya bagus, Omicron tidak menimbulkan gejala berat. Tetapi bagi mereka yang lansia dan punya komorbid tetap berbahaya,” katanya.
Politisi PDI Perjuangan tersebut juga berharap masyarakat tetap menerapkan prokes selama masa transisi menuju endemi. “Meski ada pelonggaran tapi tetap dalam batasan. Tidak serta merta bebas dan prokes tetap jalan. Dengan begitu, roda perekonomian bisa tetap berjalan dan penularan dapat ditekan,” paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Dwi Syaiful Noor Hidayat mengatakan, endemi memiliki pengertian penyakit yang muncul dan menjadi karakteristik di wilayah tertentu, contohnya seperti malaria di Papua. Sedangkan pandemi merupakan wabah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana dan meliputi daerah geografis yang luas.
Dia menambahkan, penanganan pada pasien yang terinfeksi Covid-19 saat pandemi dan endemi juga berbeda. Di masa pandemi, penanganan pasien Covid-19 yang masuk RS difokuskan pada upaya membunuh virus Corona.
“Nanti saat endemi, yang diobati adalah gejalanya. Kalau batuk, diobati batuknya. Jika pilek, diobati pileknya,” ujarnya.
Dikatakannya, puncak gelombang ketiga Covid-19 akibat munculnya varian Omicron Februari lalu sudah diperkirakan sebelumnya. Namun lonjakan kasus Omicron tidak sedahsyat varian Delta yang menyebabkan RS penuh hingga oksigen habis.
Dwi menambahkan, menurunnya kasus Covid-19 sehingga pemerintah menyusun roadmap menuju endemi ikut dipengaruhi tingginya vaksinasi. Saat ini sudah 98,48 persen warga di Kabupaten Semarang sudah menerima suntikan vaksin dosis pertama. Sedangkan warga yang sudah divaksin dosis kedua mencapai hampir 97 persen.
“Vaksinasi di Kabupaten Semarang sudah melebihi syarat yang ditentukan untuk tercapainya kekebalan komunitas, yaitu melebihi 70 persen,” katanya.
Meski begitu, dia menyebut ada satu titik rawan. Yaitu menjelang lebaran saat mobilitas warga akan meningkat karena tradisi mudik. Dia meminta masyarakat tetap menjaga prokes agar tak terjadi gelombang keempat Covid-19.
Dwi meminta setiap individu menjaga kehati-hatian masing-masing. Sebab, meski sebagian besar gejalanya ringan, Omicron tetap berisiko jika menjangkiti lansia, bayi, balita, dan mereka yang memiliki penyakit bawaan.
“Saya berharap warga yang sedang tidak sehat untuk istirahat dulu. Dalam kondisi tubuh yang bagus, maksimal lima hari sudah sembuh. Omicron ini tetap berisiko bagi lansia karena kekebalan tubuh lansia untuk menahan penyakit bawaannya sendiri sudah menghabiskan banyak energi,” tandasnya.(Advetorial-HS)