DUA wanita berjalan lenggak lenggok di atas catwalk dengan menggunakan busana kebaya. Sesekali, satu wanita dengan paras cantik, langsing, dan tinggi, terlihat menggandeng ibu-ibu berkebaya yang dengan anggun memeragakan busana di acara fashion show di BBPVP Semarang, Rabu (21/9/2022).
Satu perempuan yang berjalan di atas catwalk dengan gaya agak kaku itu adalah seorang guru, dan didampingi model profesional untuk memamerkan busana ciptaannya.
Ya, fashion show yang berlangsung di BBPVP Semarang tersebut merupakan ajang memamerkan hasil karya peserta pelatihan Program Upskilling dan Reskilling bagi Guru Kejuruan SMK Bidang Bisnis dan Pariwisata Bidang Keahlian Tata Busana PB SMK Negeri 6 Semarang. Masing-masing peserta dengan percaya diri menampilkan karya busana terbaik mereka yang kemudian dinilai sebagai materi ujian praktik.
Tahun ini, SMKN 6 Semarang memang diberi kepercayaan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bisnis dan Pariwisata untuk jadi pusat belajar guru SMK berstandar industri.
Sebanyak 40 guru SMK dari Sumatera hingga Papua Barat, diajak untuk magang di industri busana selama 18 hari. Selama itu pula para peserta ditempa kemampuannya, dilatih oleh desainer profesional, mencipta dua produk busana, dan untuk kemudian bisa menularkan ilmu yang sudah dipelajari.
Kepala Sekolah SMKN 6 Semarang, Almiati mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru SMK berbasis industri.
“Magang dimulai dari tanggal 9 September 2022. 40 peserta itu berasal dari 17 provinsi di Indonesia. Kami bekerja sama dengan 8 industri busana, untuk melatih para peserta dan menghadirkan mentor,” terangnya di sela-sela acara fashion show di BBPVP Semarang, Rabu (21/9/2022).
Fashion show yang berlangsung di BBPVP Semarang merupakan ajang memamerkan hasil karya peserta sebelum diujikan. Masing-masing peserta, meski agak kaku namun dengan percaya diri menampilkan karya busana terbaik mereka yang dikenakannya dan didampingi oleh model.
“Sebenarnya ini bukan kegiatan wajib. Tapi karena daripada sudah bikin karya hanya dibungkus saja, maka kami berinisiasi untuk menyelenggarakan fashion show,” tambahnya.
Almiati berharap setelah magang dengan industri busana selesai, para peserta bisa menularkan ilmunya ke guru lain di tiap sekolah. “Kegiatan ini merupakan program Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV) Bisnis dan Pariwisata. Dan SMK Negeri 6 Semarang ditunjuk menjadi pusat belajar untuk ketiga kalinya,” katanya.
Di lain pihak, Koordinator Pengembang Penjaminan Mutu BBPPMPV, Edy Rismunandar mengatakan, program ini untuk mempersiapkan bonus demografi 2030. Banyaknya tenaga kerja harus dibarengi dengan sumber daya manusia dan skill yang berkualitas.
“Ini program prioritas pemerintah. Sekolah sekarang banyak guru yang hebat. Tinggal bagaimana dinas di daerah mendukung program ini. Karena di era digital semua jenis pekerjaan polanya berubah,” jelasnya.
Menurutnya, sekolah memiliki kebebasan untuk menyesuaikan kurikulum bersama dengan dinas tingkat provinsi. Sehingga pembelajaran yang dilakukan bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri saat ini.
“Siswa-siswa yang ada saat ini merupakan calon pengusaha, calon pelaku UMKM. Kalau tidak disentuh maka Indonesia akan kebanjiran pengangguran. Maka program-program semacam ini akan terus kami lanjutkan di tahun mendatang,” tutupnya.
Di acara fhasion show ini juga hadir Sunarto selaku Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 1 Provinsi Jateng, Kepala Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktifitas (BBPVP) Semarang Heru Wibowo, beberapa desainer, dan pelaku usaha busana.(HS)