in

Kerja Sama Indonesia-Korsel, Proyek Ethylene Baru di Cilegon segera Dilanjutkan

Penandatanganan sejumlah perjanjian dengan Korea Selatan, belum lama ini, terkait dengan Pembangunan Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project). (Foto : Kemlu.go.id)

 

HALO SEMARANG – Pembangunan Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project (LINE Project) di Cilegon, Banten yang terhenti selama empat tahun, dalam waktu dekat akan kembali dilanjutkan.

Hal ini menyusul ditandatanganinya perjanjian Engineering, Procurement and Construction (EPC), antara Presiden Direktur Lotte Chemical Indonesia, Lee Kwan Ho selaku pemilik proyek dengan President and CEO of Lotte Engineering and Construction, Ha Suk-Joo, serta dengan COO Hyundai Engineering and Co Ltd Corporation Basic Chemicals, Hwang Jin Koo, belum lama ini.

Penandatanganan disaksikan juga oleh Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Park Tae-sung dan pimpinan sektor swasta Indonesia dan Korea Selatan.

Dalam acara yang berlangsung secara hybrid tersebut, dilakukan pula penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kementerian Investasi dan Lotte Chemical Corporation.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Korea, Gandi Sulistiyanto Soeherman mengatakan penandatanganan ini mencerminkan komitmen yang tinggi dari Indonesia dan Korea Selatan, dalam meningkatkan investasi dan mengembangkan kemitraan baru di bidang ethylene.

“Saya berharap penandatanganan Nota Kesepahaman ini, akan memperkuat kerja sama Indonesia dan Korea Selatan, pada bidang-bidang strategis lainnya,” kata Dubes Sulis, seperti dirilis Kemlu.go.id.

Dia juga mengemukakah, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, Pemerintah Indonesia menawarkan negara-negara mitra, termasuk Korea Selatan, menjadi equity partner dalam joint venture dalam rangka mengatasi masalah rantai pasok global.

Proyek ethylene baru, atau disebut Proyek Line, bertujuan membangun kompleks petrokimia yang luas. Kompleks tersebut disiapkan untuk memproduksi 1 juta ton ethylene dengan target penjualan sebesar USD 2,06 milyar per tahun.

Pada hari yang sama, Dubes RI di Seoul telah memenuhi undangan dari Menteri Perdagangan Korea Selatan, Mr Yeo Han-Koo, dalam rangka membahas potensi kerja sama Korsel dengan sejumlah negara mitra guna mengatasi krisis kekurangan pasokan raw materials.

Dalam kesempatan tersebut, Dubes RI di Seoul menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia memandang penting pendekatan jangka pendek dan jangka panjang untuk mengatasi masalah raw materials. Untuk jangka pendek, perlunya aktivasi kembali dari konektivitas global termasuk mobilitas pelaku usaha dan kelompok pekerja, serta pentingnya peningkatan kapasitas dan kesempatan sektor swasta dalam mengakses rantai pasok global.

Untuk jangka panjang, Dubes Sulis menyampaikan tiga strategi yaitu, pertama, penguatan infrastruktur logistik, di mana Indonesia saat ini sedang membangun dan mengembangkan 30 pelabuhan di seluruh wilayah NKRI.

Kedua, perlunya diversifikasi sumber pasokan. Ketiga, proteksionisme perdagangan perlu dibatasi dan tunduk pada ketentuan hukum internasional yang berlaku.

Menteri Yeo juga menanyakan mengenai kebijakan tentang pelarangan ekspor batubara di Indonesia dan kemungkinan amandemennya. Dubes Sulis menjawab bahwa Pemerintah RI melakukan pembahasan antarkementerian secara intensif. (HS-08)

Lawan Covid-19, Kodim Blora Gelar Vaksinasi hingga Edukasi di Pasar

Miliki Gudang Farmasi Baru, Pelayanan di RSUD Dr Soedirman Makin Prima