in

Keluh Produsen Telur Asin di Masa Pandemi Covid-19

Nur Aini Saadah, seorang produsen telur asin di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

 

HALO BREBES – Produksi telur asin di Kabupaten Brebes mengalami kemerosotan tajam. Hal ini, tak lain akibat dampak pandemi Covid-19.

Para produsen telur asin memilih memproduksi dalam jumlah sedikit. Selain pembatasan yang diterapkan pemerintah dan biaya produksi yang tidak lagi murah, juga karena karyawan yang hanya tinggal beberapa. Serta banyak lagi polemik yang dibawa virus asal Tiongkok ini.

Nasib ini dialami Nur Aini Saadah, seorang produsen telur asin di Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Brebes. Dirinya mengaku mengurangi produksi telur asin selama pandemi Covid-19.

“Yang biasanya menggelar hajatan, sekarang tidak menggelar. Penjual belinya juga sekarang sedikit. Ya karena adanya PSBB, jadi yang melewati Pantura tidak banyak. Pada takut corona,” ujar Aini kepada halosemarang.id, Kamis (11/3/2021).

Mulanya dia dapat memproduksi hingga ribuan butir telur asin tiap harinya. Kondisi seperti sekarang, rata-rata dikalkulasi setiap hari hanya dapat mengasinkan 300 butir saja.

Belum lagi pada awal pandemi Covid-19. Dirinya mengalami keruntuhan omzet, karena telur asin produksinya banyak yang membusuk akibat tak laku. Momentum itu dialami Aini ketika mendekati lebaran Idul Fitri tahun lalu.

Aini tidak mengira efek dari wabah ini membawanya jatuh dalam kerugian. Biasanya saat mendekati Lebaran dirinya menggandakan produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat, mengingat Brebes menjadi jalur arus mudik dan balik Lebaran.

Harapannya raib, karena adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan mudik dari pemerintah.

“Paling banyak rugi itu tahun kemarin. Ribuan dalam sehari produksi sudah biasa. Tapi pas awal corona datang, itu sedikit mulai terasa. Waktu puasa mau Lebaran lebih terasa lagi,” tuturnya.

“Yang biasanya orang dari Jakarta pada pulang lewat sini pada tidak pulang. Telur saya banyak yang busuk,” sambung Aini.

Pengalaman yang telah dilalui Aini waktu itu, tak lain juga sebagai pembelajaran. Satu tahun pandemi telah dia lewati, satu bulan lagi memasuki bulan puasa. Dirinya mengaku bimbang ingin mengasinkan telur dalam jumlah besar.

“Ini kan mau puasa, setelah itu Lebaran. Saya mau produksi telur banyak, takutnya ada larangan mudik lagi dari pemerintah,” katanya.

Dirinya berharap kepada pemerintah untuk mensosialisasikan terkait ada dan tidaknya larangan mudik pada tahun ini. Namun, apabila tidak ada larangan mudik, Aini tetap tidak memproduksi telur dalam jumlah banyak seperti tahun sebelumnya.

“Saya tidak ngasinkan telur dalam jumlah banyak, sedikit aja, tapi terus laku. Daripada banyak tidak laku, nanti busuk,” terang Aini.

Hal lain yang dikeluhkan Aini ialah adanya jalan tol Trans Jawa. Sejak beroperasinya jalan tol ini, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) seperti dirinya terpuruk. Aini mengaku omzetnya turun hingga 80 persen sejak adanya jalan tol yang kemudian disusul pandemi Covid-19.

Dirinya berharap, bantuan dari pemerintah dapat dirasakan para pelaku UMKM secara merata, serta dapat dilibatkan atau diberikan ruang di Rest Area jalan tol Trans Jawa untuk memasarkan produk khas Kabupaten Brebes ini.

Ditemui terpisah, Weti salah satu penjual telur asin di desa yang sama menyatakan, dirinya tidak lagi mengambil dalam jumlah banyak dari produsen untuk menjual di kiosnya.

“Saya sekarang jualnya sedikit, biasanya ada tiga varian. Ada telur asin bakar, panggang, dan biasa (rebus). Sekarang hanya rebus saja,” tutur Weti.(HS)

Masuk Desa, Mahasiswa Fakultas Teknik USM Gelar Engineering Charity

Teror Penerus Khabib di Kelas Ringan