in

Kegiatan Urban Farming Warga Miliki Potensi Dipasarkan Jika Ada Kontinuitas

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu saat meninjau salah satu kelompok urban farming Kota Semarang yang membudi dayakan anggur di Kelurahan Sumurboto, Kecamatan Banyumanik.

 

HALO SEMARANG – Kegiatan Urban Farming atau pertanian perkotaan yang dilakukan masyarakat di masa pandemi, saat ini trendnya menjadi meningkat.

Hal itu salah satu disebabkan karena mudah untuk dipraktikkan di semua lahan.

Ada yang bergerak di bidang tanaman pangan, holtikultura, dan sebagian tanaman hias.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengatakan, sebenarnya urban farming sudah mulai dilakukan sejak tahun 2016. Saat ini berkembang dengan adanya pelatihan mandiri urban farming di corner urban farming, berada di Samping SMA Negeri 1 Semarang.

“Bu Wakil juga beberapa kali memberikan pelatihan tentang urban farming, yang setiap angkatannya ada sebanyak 40 orang. Setiap minggu untuk mengenal seluk beluk dan tata cara urban farming,” katanya, Minggu (24/1/2021).

Semua tanah atau lahan yang ada meski terbatas, jelas Hernowo, di semua tempat bisa dijadikan untuk kegiatan urban farming.

“Misalnya berupa tabulampot (tanaman buah dalam pot), aquakultur dan sebagainya. Dan jenis tanaman buah, mulai dari anggur, srikaya, jambu kristal dan lain-lain,” imbuhnya.

Saat ini, kata Hernowo, untuk pelatihan urban farming di corner urban farming, sementara ini secara perorangan dan harus mendaftarkan diri terlebih dulu. Baik melalui IG, dan medsos Dinas Pertanian Kota Semarang.

“Sedangkan untuk bantuan bibit berupa tanaman holtikultura seperti lombok, terong, tomat, serta empon-empon dan peralatan hidroponik sederhana, disalurkan melalui kelompok urban farming yang ada,” imbuhnya.

Dijelaskan Hernowo, saat ini jumlah yang telah terdaftar secara resmi ada 110 kelompok urban farming.

Sedangkan untuk kelompok tani ada sebanyak 389 kelompok tani di Kota Semarang.

Di sisi lain, untuk pengembangan urban farming, menurutnya ada potensi, namun memang masih ada kendala. Yaitu terkait kontinuitas atau keberlanjutan produksi. Karena ketika harus dipasarkan, kontuinuitas produksi itu harus terjamin.

“Kami berupaya membangun pasar dengan membuat jejaring, agar produk yang dihasilkan bisa dipasarkan antarmereka. Masih dilatih agar kontinuitasnya terjaga, sehingga pasar terbentuk, dan dapat untuk menjual produk dengan baik,” terangnya.

Yang sudah berjalan, lanjut Hernowo, bisnis urban farming salah satu warga di Semarang Utara, yakni tanaman hidroponik sayuran dan sudah bisa menjual di beberapa toko sekitar.

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, Pemkot Semarang tidak lepas tangan setelah warga dilatih untuk kegiatan urban farming.

Di mana dari ratusan kelompok urban farming yang sudah terbentuk, bisa mendapatkan terus menerus dari pendampingan oleh penyuluh pertanian lapangan (PPL) Dinas Pertanian Kota Semarang.

“Sehingga, kelompok urban farming bisa sampai berhasil, seperti di daerah Sumurboto, ada salah satu warga yang memanfaatkan rumahnya dijadikan kebun anggur dan kelompok wanita tani umbul Makmur juga membudi dayakan jarum tiram. Dan nantinya ada pendampingan oleh Dinas Oertanian melalui PPLnya masing-masing di 16 kecamatan,” pungkasnya.(HS)

Toko Mulai Lupakan Protokol Kesehatan, Tim Gabungan di Kabupaten Pekalongan Gencarkan Operasi Yustisi

Serentak, 31 Kabupaten/Kota di Jateng Canangkan Vaksinasi Covid-19 Senin (25/1/2021)