
HALO PEKALONGAN – Puluhan keluarga yang menempati daratan kecil di utara pulau Jawa, tepatnya di di Dusun Simonet, Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, kini terancam keselamatanya.
Cuaca buruk dengan gelombang tinggi, mengakibatkan kompleks permukiman di pulau tersebut hancur porak-poranda.
Beberapa rumah warga dengan bibir pantai, tampak seperti tidak berjarak. Beberapa rumah terbengkalai sengaja ditinggal pemiliknya karena takut abrasi yang kian parah.
Mereka terpaksa mengontrak tempat tinggal di Desa Semut yang lebih aman.
Saat ini penduduknya masih menunggu proses evakuasi dari pemerintah setempat, meski daratan kian habis terkikis ganasnya abrasi yang tengah terjadi beberapa waktu terakhir.
Salah seorang warga, Sholati (37) mengatakan, dusunnya kerap dihantam gelombang pasang dan tergerus abrasi pantai yang parah.
Dia mengaku kelahiran Dusun Simonet. Namun karena melihat kondisi ditambah rumah sudah tidak layak huni, dirinya memutuskan untuk kontrak di Desa Semut.
“Tidak bisa dipertahankan rumahnya. Saat gelombang tinggi air masuk. Bahkan bisa sampai atap rumah,” ujar Sholati, Sabtu (30/1/2021).
Menurutnya, sebagian pemilik rumah pun terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Bahkan, lanjut Sholati, kerusakan lingkungan tersebut turut mematikan mata pencaharian warga seperti budi daya ikan tambak dan petani melati.
Dirinya beserta warga Simonet berharap kepada pemerintah, adanya relokasi. Selain relokasi, diharapkan pemerintah juga turut membangun hunian baru untuk memulai hidup baru.
“Gelombang pasang juga mengancam 65 kepala keluarga. Kami berharap agar pemerintah secepatnya merelokasi warga ke daratan utama. Karena kerusakan pantai dan gelombang pasang terparah, sudah terjadi sejak Juni 2020 hingga sekarang,” jelas Sholati.
Sementara itu, Camat Wonokerto, Esy Pusiana mengatakan, Dusun Simonet merupakan sebuah pulau kecil yang terpisah dari daratan utama dan berhadapan langsung dengan laut Jawa.
Memiliki luas sekitar 12 hektare, Dusun Simonet dihuni 265 jiwa, yang tinggal di dua RT, yakni RT 14 dan RT 15.
Saat ini, warga setempat masih bergantung dengan alat transportasi laut.
“Awalnya, dusun ini menyatu dengan daratan. Ada jalan aspal dari Pantai Depok, Kecamatan Siwalan yang menghubungkan Dusun Simonet,” ungkapnya.
Namun, lanjut Esy, seiring waktu terjadi abrasi sehingga wilayah Dusun Simonet menjadi pulau kecil yang terpisahkan dengan daratan.
“Situasi seperti ini, sejak dari tahun 2005. Sebelumnya jarak rumah ke bibir pantai jauh, kurang lebih ada 500 meter. Tapi kemudian abrasi luar biasa, rumah hancur kena abrasi,” jelasnya.
Dengan kondisi tersebut Simonet menjadi langganan banjir rob. Selain itu, gelombang pasang juga mengakibatkan abrasi pantai yang sangat parah, bahkan laut yang semula berjarak 500 meter dari bibir pantai kini semakin masuk menggerus daratan pulau.
“Sebanyak 12 rumah milik warga Dusun Simonet, Desa Semut, rusak parah dihantam gelombang pasang. Akibat kerusakan pantai yang parah, delapan rumah ditinggal penghuninya mengungsi karena tersisa hanya puing-puing,” imbuhnya.
Sedangkan empat rumah lainnya, lanjut Esy, masih dipertahankan warga karena menjadi tempat berlindung dan satu-satunya tempat tinggal yang dimiliki. Pemerintah daerah saat ini sedang menyiapkan kemungkinan relokasi bagi warga di sana.(HS)