
HALO SEMARANG – Proses belajar mengajar di sekolah TK, SD dan SMP di Kota Semarang selama kondisi darurat pandemi ini masih menerapkan sistem belajar daring atau online, sesuai Peraturan Wali Kota Semarang mengenai Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKM).
Belum diketahui secara pasti, penerapan sistem belajar di rumah ini selesai, dan diberlakukan kembali sistem tatap muka.
Namun Dinas Pendidikan Kota Semarang mengaku telah menyiapkan sejumlah langkah menyikapi kemungkinan jika nanti memasuki situasi “New Normal” di Kota Semarang.
“Sementara ini masih menggunakan sistem pembelajaran daring. Tahun Ajaran Baru dimulai 13 Juli 2020. Nanti tergantung keputusan dari Kementerian Pendidikan, dan kebijakan Wali Kota Semarang kaitannya dengan kondisi Covid-19 di Kota Semarang,” terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Gunawan Saptogiri, Jumat (12/6/2020).
Gunawan mengatakan, apabila nanti Kota Semarang menetapkan new normal, pihaknya telah menyiapkan skenario pembalajaran di sekolah.
“Kami sudah undang kepala sekolah semua, Kepala Seolah TK, SD dan SMP, baik negeri maupun swasta di Kota Semarang. Semua kepala sekolah sepakat menginginkan masuk sekolah dengan sistem tatap muka. Tapi begitu kami mengundang perwakilan orang tua siswa, terutama TK, banyak yang menolak untuk masuk dengan tatap muka di tahun ajaran baru itu,” ungkapnya.
Untuk orang tua siswa SD sebagian menginginkan masuk sekolah dengan tatap muka. Sedangkan untuk orang tua siswa SMP semua menginginkan masuk sekolah dengan sistem tatap muka.
“Dari pendapat orang tua siswa, kepala sekolah, kalau diterapkan new normal, kemungkinan sistem pembelajaran di sekolah tidak full. Siswa yang masuk sekolah separuh dari jumlah siswa setiap hari,” kata Gunawan.
Dimungkinkan, nantinya akan diberlakukan sistem masuk sekolah bergiliran, dengan menggunakan nomor ganjil dan genap.
“Misalnya ganjil masuk hari Senin, genap masuk hari Selasa, Rabu ganjil, dan Kamis genap. Jumat-Sabtu pembersihan sekolah. Jam pembelajaran juga separuhnya, dalam arti siswa berada di sekolah tidak terlalu lama. SMP misalnya maksimal siswa di sekolah empat jam. Tidak ada istirahat, sehingga begitu masuk dan selesai mengikuti pembelajaran langsung pulang,” terangnya.
Tentu saja, lanjut Gunawan, semua harus menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Kesehatan.
“Itu hukumnya wajib. Siswa pulang dan keluar kelas dengan bergantian. Meski pertemuan pembelajaran siswa hanya dua kali dalam seminggu, maka guru bisa memberikan tugas-tugas untuk siswa agar dikerjakan di rumah. Itu gambaran skenario penerapan pembelajaran kalau diterapkan new normal,” katanya.
Lebih lanjut, pembelajaran tahap pertama bukan materi sekolah, tetapi pembelajaran terkait Covid-19 dan protokol kesehatan.
“Kami bekerja sama dengan Dishub dan Dinas Kesehatan. Misalnya bagaimana ketika siswa menggunakan transportasi umum, harus jaga jarak dan seterusnya. Itu langkah-langkah yang k kami ambil,” paparnya.
Untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online sensiru, dilakukan melalui website ppd.semarangkota.go.id.
“Siswa tinggal memasukkan NIK, tanggal lahir, pilihan sekolah, dan tinggal print. Nilai zonasi, usia, penghargaan, semua sudah masuk di sistem semua. Untuk SD, peserta bisa memilih tiga sekolah, sedangkan SMP bisa memilih empat sekolah,” imbuhnya.
Mengantisipasi adanya orang tua siswa yang tidak memiliki fasilitas akses internet, Gunawan meminta sekolah menyiapkan fasilitas untuk membantu orang tua siswa yang kesulitan dalam mendaftarkan anaknya secara online.
“Di Semarang masih banyak orang tua siswa yang tidak memiliki akses internet maupun smartphone. Sebagaimana penerapan pembelajaran sistem daring selama ini. Untuk menyiasatinya, guru menyambangi ke rumah siswa untuk memberikan tugas. Setelah selesai dikerjakan, guru mengambil pekerjaan siswa tersebut,” katanya.(HS)