in

Ini Dia Sejarah Dan Asal Mula Kata Mudik

Foto : Tribratanews.jateng.polri.go.id

PEMERINTAH memberikan kesempatan untuk masyarakat mudik Lebaran tahun 2022 ini, setelah sebelumnya ada pembatasan dan larangan akibat pandemi Covid-19. Masyarakat pun seakan antusias dengan kebijakan ini, dan diprediksi akan ada “ledakan” jumlah pemudik. Pada Lebaran 2022, pergerakan pemudik di seluruh Indonesia diperkirakan tembus 85,5 juta orang. Dimungkinkan sebanyak 47 persen dari jumlah total pemudik menggunakan transportasi jalur darat.

Mudik adalah kegiatan seseorang pulang ke kampung halaman. Kegiatan mudik lekat dengan tradisi perayaan Idul Fitri di Indonesia. Lebaran dirayakan bersama-sama keluarga di tanah asal. Namun tak banyak yang tahu, asal mula dan sejarah kata “mudik” yang sekarang menjadi trend saat Lebaran.

Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mudik mempunyai beberapa makna. Hal itu tergantung pada penggunaan katanya. Arti mudik dalam KBBI adalah:

1. (berlayar, pergi) ke udik (hulu sungai, pedalaman): dari Palembang — sampai ke Sakayu;
2. Pulang ke kampung halaman, seminggu menjelang Lebaran sudah banyak orang yang —

Dirangkum dari berbagai sumber, tradisi mudik sudah ada sebelum kemerdekaan. Pada zaman dulu, para perantau pulang ke kampung halaman untuk bertemu keluarga. Mereka pulang kampung untuk berziarah kubur dan membersihkan makam keluarga. Asal kata mudik dalam bahasa Jawa, berarti “mulih dilik” yang berarti pulang sebentar saja.

Namun, mudik juga bisa diambil dari bahasa Betawi yang artinya “menuju udik” (pulang kampung). Sedangkan untuk kendaraan pribadi tetap menjadi favorit masyarakat saat menjalani aktivitas mudik. Sebab, bisa langsung digunakan hingga sampai di kampung halaman.

Namun, sebagian masyarakat juga menggunakan alat transportasi umum, seperti bus, pesawat, kapal laut, kereta api, dan lainnya. Tradisi mudik biasanya untuk bersilaturahmi, melepas rindu dengan keluarga, kerabat, sahabat maupun tetangga dekat.

Versi lain mengatakan, mudik berasal dari kata udik yang merupakan Bahasa Melayu berarti hulu atau ujung. Udik biasa digunakan masyarakat Melayu yang tinggal di hulu sungai saat masa lampau.

Saat itu mereka sering bepergian ke hilir sungai menggunakan perahu atau biduk. Setelah pekerjaannya selesai, masyarakat kembali ke rumahnya di hulu sungai pada sore harinya.

“Saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampungnya,” kata antropolog UGM, Heddy Shri Ahimsa-Putra, dikutip dari laman UGM.

Heddy menjelaskan, kata mudik mulai dikenal luas pada tahun 1970-an. Hal itu dikarenakan setelah pada masa orde baru melakukan pembangunan pusat pertumbuhan di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan.

Banyak orang yang melakukan urbanisasi pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan. Menurut Heddy, orang yang bekerja dan tinggal di kota, lama tidak bertemu kerabatnya. Saat mudik itulah mereka memanfaatkan dekat dengan kerabatnya.

“Kangen pasti. Menunggu libur yang agak panjang agar bisa kumpul sangat ditunggu. Karena kita di Indonesia masyarakat muslim yang paling banyak maka Lebaran Idul Fitri jadi pilihan,” jelas Heddy.

Tradisi mudik di Indonesia berbeda dengan yang dilakukan masyarakat Amerika dan Eropa. Warga di kedua benua banyak pulang kampung saat perayaan Thanksgiving atau perayaan Natal.

Namun Heddy menambahkan jika mudik bukan hanya sebagai acara kumpul keluarga. Mudik juga menjadi saat unjuk kebolehan atas keberhasilan seseorang di tanah rantau.(HS)

 

 

Cibir Pereira, Bidik Adesanya

Bahagianya Priyono, Jelang Lebaran Dapat Bingkisan Sembako Dari Wakil Ketua DPRD Jateng, Heri Pudyatmoko