in

Gedung Bioskop yang Dulu Pernah Jadi Idola, Kini Tinggal Kenangan

Sisa reruntuhan gedung biskop Semarang Theater di Jalan Pemuda, depan Paragon Mal, yang direncanakan Pemkot Semarang akan dibangun menjadi taman kota.

 

DULU sekitar tahun 1980an, di kota Semarang banyak terdapat gedung bioskop yang sempat mengalami masa kejayaan ketika teknologi pemutaran film belum semaju sekarang.
Sedikitnya ada 27 gedung bioskop yang pernah berjaya dan menjadi tempat hiburan paling merakyat di Kota Semarang. Salah satunya, gedung biskop kuno Semarang Theater di Jalan Pemuda Semarang. Tempatnya kini persis di depan Paragon Mal.

Kini bangunan itu terlihat tinggal sisa reruntuhan, karena beberapa tahun lalu roboh. Kini, kondisinya sisa bangunannya telah berlumut dan mangkrak. Di area gedung ini ditumbuhi pohon pisang dan semak, dan dipagari seng keliling.

Mungkin, bagi masyarakat Kota Semarang banyak yang belum tahu kalau dulu gedung ini adalah gedung bioskop yang cukup terkenal pada masanya. Keberadaan sejumlah gedung bioskop tersebut sempat menjadi idola, dan disambut hangat oleh masyarakat. Selain murah, menonton bioskop saat itu menjadi budaya yang asyik dan menyenangkan. Iklim sosial politik masyarakat perkotaan menjadi kondusif, optimistis, dan inspiratif.

Film-film hasil karya anak bangsa dengan bangga menjadi sajian utama secara rutin di setiap gedung bioskop. Bagi masyarakat yang sempat menikmati masa itu, jelas terasa bahwa mengingat gedung bioskop tempo dulu seperti ada romantisme masa silam yang hilang.

Pengamat perfilman di Semarang, Imam Rahmayadi, mengatakan, di Kota Semarang pernah beroperasi sedikitnya 27 gedung bioskop. Meski masing-masing memiliki klasifikasi dan karakteristik berbeda, namun gedung bioskop saat itu laku keras.

“Artinya, tontonan gedung bioskop diminati dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat,” kata pria yang tinggal di Perum Pandanaran Hill, Tembalang, Semarang ini, belum lama ini.

Menurutnya, dengan adanya puluhan gedung bioskop di Kota Semarang saat itu membuat suasana kota bersahaja. Bioskop tempo dulu memiliki sistem marketing yang unik dan sangat berkesan di masyarakat. Publikasi film tersebut dilakukan berkeliling menggunakan mobil yang dilengkapi speaker toa.

“Saksikan film di bioskop Peterongan Theater dengan judul Nyi Roro Kidul Ratu Pantai Selatan, dengan dibintangi oleh aktris panas Suzanna,” ungkapnya menirukan pengumuman film kala itu.

Marketing semacam itu memang masih konvensional dan jadul, tapi sangat berkesan di hati masyarakat. Fungsi dan tujuan publikasi pun terbukti sangat mengena.

“Bioskop tertua di Semarang ada Gelora Theater dan Murni Theater. Itu tinggalan sejak zaman Kolonial Belanda. Ada balkonnya, khusus untuk nonik-nonik putri bangsawan Belanda, kalau sekarang ya kelas VIP,” katanya.

Dikatakan Imam, puluhan gedung bioskop di Kota Semarang tersebut mulai gulung tikar satu persatu sejak sejak 1989-1990-an. Sejak kemunculan televisi swasta pertama kali di Indonesia, yakni Rajawali Citra Televisi (RCTI).

“Di RCTI mulai menayangkan film-film box office. Masyarakat mulai bergeser ke televisi. Pelan-pelan penggemar bioskop meredup. Selain itu juga muncul persewaan atau rental kaset video yang masih berbentuk pita,” ungkapnya.

Pasca masa itu, sejumlah gedung bioskop ternama di Kota Semarang pelan-pelan berkurang. “Apalagi ketika memasuki 2000an, setelah internet mulai masuk di Kota Semarang, bioskop-bioskop itu kian punah,” bebernya.

Lebih lanjut, kata Imam, masyarakat kian bergesar menjadi pengguna internet. Film-film bisa diakses dan di-download melalui internet. “Penonton bioskop semakin berkurang. Dulu ada 27 gedung bioskop di Semarang, sekarang tinggal beberapa bioskop, di antaranya E-Plaza Simpang Lima, XXI Paragon Mal Jalan Pemuda dan Citra Simpang Lima. Saya yakin, masyarakat masih membutuhkan bioskop,” katanya.

Salah satu warga Jati Barat, Banyumanik, Sutiyoso Waluyo mengatakan, ada yang hilang dengan suasana kota Semarang tempo dulu, yang masih banyak gedung bioskopnya. Karena sebagai tempat ajang untuk mencari hiburan setelah seharian bekerja.

“Iya, senang sekali saat gedung bioskop di Semarang masih jaya. Saya dulu sering menonton bioskop sama teman-teman sekolah,” ujar pria yang dulu sekolah di SMA Bethesda Semarang Jalan Mataram itu, belum lama ini.

Dikatakan, bioskop kala itu menjadi hiburan merakyat hampir di semua kalangan. Bahkan penikmatnya tidak mengenal usia, mulai keluarga bersama anak-anaknya, pelajar, pegawai hingga karyawan.

“Masyarakat benar-benar terhibur. Tapi saat ini kurang hiburan dan malah pusing setiap hari mendengar berita-berita kriminalitas, korupsi baik di televisi maupun koran,” kata Sutiyoso.

Sewaktu masih ada gedung bioskop, malam adalah waktu yang dinantikan. Baik bersama teman-temannya, maupun romantisme bersama pacar.

“Bioskop itu hiburan merakyat warga Semarang zaman dulu. Saya juga pernah nonton bersama mertua di Semarang Theater 1990-an. Paling berkesan, pulangnya malah kecopetan,” ungkapnya mengenang sambil tertawa lepas.

Menonton bioskop itu melepaskan penat setelah seharian bekerja. Suasana menyenangkan yang paling ditunggu oleh keluarga. “Saya sering menonton di gedung bioskop Ria Theater dan Indra Theater. Di dalam gedung bioskop, sambil makan kuwaci dan kacang kapri. Wah, menyenangkan sekali,” kenangnya.

Di antara film paling fenomenal adalah Nyi Roro Kidul Ratu Pantai Selatan yang dibintangi oleh aktris legendaris Suzanna, dan Jaka Sembung dibintangi Barry Prima. Selain itu film komedi Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro), Ateng Sok Aksi, Ali Topan Anak Jalanan, Remaja 76, Usia 18, Gita Cinta Dari SMA, dan Taman Indah Puspa Hati. “Itu sederet film remaja paling top saat itu. Bisa dikatakan kejayaan film Indonesia,” katanya.

Para wanita yang bekerja menjadi penjual tiket di gedung bioskop menjadi primadona remaja. Sejumlah gedung bioskop di Semarang, sehari tiga kali melakukan pemutaran film. Pemutaran pertama pukul 11.00, tutupnya pukul 21.00.

“Apalagi mbak-mbak yang jaga tiket bioskop itu cantik-cantik. Mereka sering dijadikan primadona para pemuda. Harga tiketnya Rp 150,” imbuhnya.

Sementara itu, sejumlah aktivis muda yang tergabung di Hysteria Semarang belakangan getol mengusung program Gerobak Bioskop. Para aktivis muda ini membuat program untuk mengembalikan semangat menonton film dengan menggunakan ruang publik.

“Tidak hanya di Semarang, di sejumlah kota kecil seperti Pati, Lasem, maupun kota-kota lain, banyak ditemui fenomena bioskop gulung tikar. Melalui Gerobak Bioskop ini, kami berusaha membuat bioskop alternatif,” kata Direktur Hysteria, Adin.

Dikatakan Adin, Gerobak Bioskop berusaha membuat bank film berbagai macam jenis, yang diputar untuk masyarakat.

“Kami berusaha memberi alternatif kepada masyarakat bahwa menonton film-film bagus tidak harus mengeluarkan biaya mahal,” ujarnya.

Gerobak Bioskop merupakan distribusi media yang terinspirasi oleh semangat layar tancap di Indonesia yang sempat berjaya di masyarakat tempo dulu.

“Gerobak Bioskop sendiri telah berlangsung sejak 2011 lalu. Kami memiliki empat sasaran, di antaranya bioskop masuk kampung, bioskop masuk kampus, bioskop masuk komunitas dan bioskop masuk ruang publik. Yang belum terlaksana bioskop masuk ruang publik,” katanya.

Pemutarannya sendiri,  lanjut Adin, paling banyak 3 kali dan paling sedikit sekali dalam sebulan. Dilakukan secara bergilir di sejumlah komunitas, kampus, maupun kampung secara gratis. (HS)

Gedung Bioskop yang Pernah Berjaya di Kota Semarang:

1. Tugu Indah Jrakah
2. Rajawali, menjadi Impire Jalan Jenderal Sudirman
3. Siliwangi Theater diubah jadi Atrium Theater Jalan Jenderal Sudirman
4. Studio 1 Jalan Puri Anjasmara (sekarang didirikan Giant)
5. Semarang Theater Jalan Pemuda
6. Gris (Gedung Rakyat Indonesia Semarang) Jalan Pemuda.( Sekarang Paragon Mal)
7. Rahayu Theater Jalan Alun-alun Johar.
8. Kanjengan Theater di kompleks Pasar Johar
9. Taman Hiburan Diponegoro (THD) Jalan H Agus Salim
10. Semarang Center Djohar (SCD) Matahari Johar.
11. Merdeka Theater di Jalan Bugangan (Pasar Bugangan)
12. Kencono Theater Jalan Raya Kaligawe
13. Gelora Theater Jalan Mataram/ MT Haryono
14. Indera Theater Jalan Mataram
15. Peterongan Theater Jalan Mataram
16. Metro Theater Jalan Mataram (sekarang Java Mal)
17. Taman Hiburan Rakyat (THR) Jalan Sriwijaya
18. Gajahmada Theater Simpang Lima Semarang.
19. Bahari/Admiral Theater Jalan Ki Mangun Sarkoro
20. Manggala Theater di Jalan Gajahmada
21. Murni Theater di Jalan Gajahmada
22. Sri Indah Theater (SIT) di Jalan Gajahmada
23. Ria Theater Jalan Kompleks Pecinan
24. Jagalan Theater di Jalan Jagalan
25. Palapa Theater di Jalan Majapahit
26. Karina Theater di Jalan Sukun
27. Banyumanik Theater di Banyumanik (belakang RS Hermina)

Persela Punya Pelatih Anyar, PSIS Wajib Waspadai Semangat Baru Tim Lawan

Jafri Sastra Tunggu Perkembangan Kesehatan Hari Nur dan Septian David