
SEMARANG – Sejumlah temuan terkait data pertanian terpapar dalam rapat koordinasi evaluasi Kartu Tani di gedung Gradhika, Jalan Pahlawan Semarang, Selasa (12/12). Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan temuan yang paling membuatnya tercengang adalah petani pemilik lahan 1 – 2 hektare sementara mereka mengaku miskin.
Rapat Koordinasi Evaluasi Pelaksanaan Program Kartu Tani dan Distribusi Pupuk Bersubsidi serta Pengembangannya di Jawa Tengah diikuti oleh dinas terkait, kelompok tani, gapoktan, distributor pupuk, penyuluh serta dari BRI. Ganjar mengatakan, kegiatan itu merupakan evaluasi akhir tahun pemanfaatan kartu tani pada 2018.
“Alhamdulillah tadi berjalan evaluasi satu tahun, 1,7 juta transaksi sudah berjalan sebagian besar sudah bisa mendapatkan pupuk, pabrikan sudah menyiapkan, BRI melakukan pendataan terus menerus,” katanya.
Yang menarik, kata Ganjar, pihaknya menemukan banyak yang seharusnya tidak mendapatkan subsidi tapi mengambil subsidi.
“Ada yang lahannya lebih dari 2 ha, ketika kami kroscek dengan data kemiskinan ternyata mereka masuk miskin padahal mereka kan tidak miskin. Contoh-contoh ini mengkonfirmasi, gara-gara kartu tani kita tahu banyak hal, gara-gara ini akan jadi data pengambilan keputusan lebih presisi, gara-gara kartu tani akhirnya kita bisa melihat produksi kita,” katanya.
Ganjar juga menyampaikan persoalan pupuk ini merupakan pintu masuk kebermanfaatan kartu tani. Persoalan pangan yang selama ini diperdebatkan karena minimnya data pertanian. Dia mengatakan data-data pertanian paling lengkap hanya di Jawa Tengah.
“Hari ini kami berupaya memperbaiki data, siapa petaninya, berapa lahannya dan di mana? Bung Karno mengatakan, pangan dan pertanian adalah hidup matinya bangsa. Maka ayo urus pangan kita dengan serius,” katanya.
Per 11 Desember 2018, Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah telah mendata jumlah petani Jateng sebanyak 2,876.511 orang. Sementara kartu tani yang telah tercetak sebanyak 2.429.371 dan tingkat penggunaan mencapai hampir 450.000. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah, Yuni Astuti mengatakan, pihaknya akan terus turun ke lapangan untuk menjelaskan kebermanfaatan kartu tani.
“Kartu tani sudah jalan dan memang ada ruang yang harus kami perbaiki bersama. Kami lakukan pendataan setiap tanggal 25-30 kami update data,” katanya.
Dia menjelaskan kebermanfaatan kartu tani paling inti adalah memastikan jaminan petani mendapatkan haknya sesuai dengan yang diberikan negara, yakni pupuk subsidi. Jika tahun ini dengan tingkat penggunaan sebanyak 16 persen dengan 1,7 transaksi, dia yakin tahun depan akan meningkat pesat.
“Tapi yang penting kartu tani ini jalan, maka ayo percaya diri aja, ini sesuai track yang benar. Target tahun depan penggunaan kartu tani mencapai 50 persen. Kami akan bikin roadmapnya,” katanya.
Dalam pendataan kartu tani ditemukan sejumlah data, di antaranya saat ini petani yang memiliki lahan dan tidak masuk dalam data fakir miskin sebanyak 1,524,368 (84,27 persen). Petani lahan 0,25 dan masuk dalam data fakir miskin sebanyak 145,118 (7,98 persen) dengan luas lahan 19,695,66 ha. Sementara itu petani lahan 0,25-1 ha dan masuk dalam data miskin mencapai 125.527 (6,94 persen) dengan lahan 63,796,01 ha.
“Sementara data petani lahan 1 – 2 dan masuk dalam data fakir miskin sebanyak 17,117 (0,95 persen) dengan total lahan 24,973,06 ha. Terakhir, data petani miskin dan tidak punya lahan sebanyak 753,803 atau 11,81 persen,” katanya.(HS)