
HALO CILACAP – Lahan-lahan kritis di Kabupaten Cilacap, bisa diubah menjadi produktif, sekaligus mengurangi kerawanan bencana banjir dan longsor. Salah satunya adalah dengan menggunakannya untuk budi daya sukun.
Usulan tersebut disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo pada acara rapat koordinasi penanggulangan bencana dan pandemi Covid-19, di ruang Prasandha Setda Kabupaten Cilacap, beberapa waktu lalu, seperti dirilis Jatengprov.go.id.
“Alam telah menyediakan solusi bagi permasalahan kita, tinggal bagaimana manusia mengupayakannya. Cilacap ini terkenal dengan tanaman sukun. Ini bisa menjadi solusi, mengingat akar sukun dapat mengikat tanah dengan baik,” kata dia.
Lanjut dia, pemerintah Kabupaten Cilacap saat ini harus menghadapi tantangan besar, berkaitan dengan bencana. Setiap tahun di kabupaten tersebut selalu terjadi bencana alam seperti banjir. Tapi untuk tahun ini, masalah yang dihadapi lebih berat, karena terjadi pula pandemi Covid-19
Karena itu diperlukan kerja sama dan koordinasi antarlini pemerintah dan masyarakat. Kerja sama ini juga menjadi unsur kunci penanganan bencana.
Untuk menangani bencana banjir dan tanah longsor, Doni meminta seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melakukan reklamasi lahan kritis, termasuk daerah aliran sungai.
Kemudian untuk penanganan Covid-19, menurut Doni angka kematian di wilayah tersebut sebesar 2.3 persen. Angka ini masih di bawah persentase nasional sebesar 3,1 persen.
Meski demikian angka ini tetap harus ditekan serendah mungkin. Salah satunya dengan memperkuat perlindungan terhadap kelompok rentan.
“Kelompok rentan itu adalah para lansia, dan orang orang yang memiliki komorbid. Sebab mereka memilki risiko yang lebih besar ketika terpapar virus korona,” kata Doni.
Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji, pihaknya telah melakukan upaya 3T guna menekan penularan virus Sars-Cov-2 di wilayahnya.
“Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Cilacap telah melakukan Tracing, Testing, Treatment, dan isolasi. Sampai saat ini jumlah tracing yang sudah dilakukan sebanyak 12.247 orang, dan testing sebanyak 27.476 orang,” kata Bupati Cilacap.
Pemkab Cilacap, lanjutnya, telah memiliki fasilitas yang diperlukan untuk penanganan Covid-19, yakni laboratorium PCR di RSUD Cilacap. Ada juga instalasi perawatan intensif di sembilan rumah sakit rujukan covid-19 dengan jumlah tempat tidur isolasi sebanyak 238 buah dan jumlah tempat tidur ICU sebanyak sembilan buah. Isolasi untuk kasus positif tanpa gejala dilakukan di tempat isolasi terpusat yaitu hotel @HOM Premier dengan kapasitas 120 buah tempat tidur yang dibiayai oleh anggaran dari BNPB.
Terkait dengan bencana alam, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap mencatat sejak 17 November sampai 3 Desember 2020 terdapat peristiwa banjir, tanah longsor dan angin kencang yang berdampak pada 66 desa di 17 kecamatan. Sebanyak dua orang dilaporkan meninggal dunia karena terbawa arus, 20.857 KK terdampak, dan 2.565 KK mengungsi di pos pengungsian
“Bencana tersebut mengakibatkan 17 unit rumah roboh, dan 44 unit rumah rusak berat, 16 unit rumah rusak sedang, 54 unit rumah rusak ringan, dan 28 titik tanggul jebol dengan total kerugian sebesar Rp15,3 miliar,” beber bupati.
Lebih lanjut, pihaknya telah melakukan beberapa upaya, antara lain operasi tanggap darurat oleh instansi terkait dan relawan. Pemkab Cilacap juga telah mendistribusikan logistik dan mendirikan dapur umum dalam rangka penanganan darurat bencana di wilayah terdampak bencana.
Sebagai informasi, jumlah kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cilacap per 5 Desember 2020 mencapai 2.238 kasus, sebanyak 1.459 orang di antaranya dinyatakan sembuh, 716 orang masih dirawat, dan 63 orang meninggal dunia. (HS-08)