in

Dinilai Mampu Berperan Dalam Penanganan Covid-19, CP3 PMI di Boyolali Bakal Diperluas ke Seluruh Indonesia

Vice Chair IFRC Indonesia, Ruth Lane, didampingi penerjemah, menyampaikan paparan di Ruang Merbabu Kantor Bupati Boyolali, belum lama, terkait Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dalam Community Pandemic Preparedness Programe (CP3), yang diinisiasi Palang Merah Indonesia. (Foto : Boyolali.go.id)

 

HALO BOYOLALI – Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dalam Community Pandemic Preparedness Programe (CP3), yang diinisiasi Palang Merah Indonesia (PMI), sejak 2018 silam, dinilai mampu berperan dalam penanganan Covid-19 yang terjadi dua tahun kemudian.

Program yang melibatkan kelompok-kelompok Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) bentukan PMI ini, sudah diuji coba di sejumlah wilayah, termasuk di Boyolali.

Selain daerah penghasil susu di Jawa Tengah tersebut, uji coba juga dilaksanakan di Pandeglang, Banten; Bogor, Jawa Barat dan Tabanan, Bali. Program ini juga akan diperluas ke 20 desa di Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

Hal itu terungkap ketika tim verifikasi pusat, yang terdiri atas wakil dari sejumlah kementerian, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Palang Merah Indonesia (PMI), Palang Merah Internasional, datang ke Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, Boyolali.

Unsur pengarah dari BNPB, Fuadi Darwis mengemukakah hasil dari kunjungan lapangan di Boyolali tersebut, Desa Sobokerto Kecamatan Ngemplak dinilai mampu membuktikan bahwa masyarakat mampu berperan aktif dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

Laporan-laporan yang diberikan oleh kelompok Sibat, sudah banyak yang mencapai seratus persen, hanya beberapa yang kurang memenuhi.

“Mereka sudah teruji ketika kemarin kasus Covid-19. Di tengah kegamangan masyarakat hampir di seluruh Indonesia, masyarakat Desa Sobokerto ini, termasuk yang punya sistem. Masyarakat menjadi subyek, bukan sebagai objek, sehingga terlibat langsung dalam hal melaporkan sesuatu yang merupakan early warning system (sistem peringatan dini),” jelasnya.

Fuadi menambahkan, ke depan di Boyolali juga akan dilakukan piloting project lagi di kecamatan lainnya. Adapun untuk cakupan yang lebih luas, akan diadopsikan di seluruh Indonesia.

Pihaknya berharap, dengan adanya program CP3 dari PMI, yang terbukti bisa menangani pandemi dengan baik, akan dapat memperkuat ketahanan nasional.

“Jika terjadi nantinya, misalnya kasus-kasus yang berhubungan dengan zoonosis dan berpotensi menimbulkan KLB, tidak akan sampai meluas,” ungkapnya.

Efektivitas pelibatan masyarakat ini, juga disampaikan Kepala Divisi Kesehatan dan Sosial PMI Pusat, Eka Wulan Cahyasari. Dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/1/2022), dia menilai pelibatan masyarakat tersebut sangat efektif untuk meningkatkan kewaspadaan mereka, dalam pencegahan serta pengendalian wabah.

Para relawan Sibat, sebelumnya telah dilatih serta didampingi oleh PMI dalam CP3. Data dan informasi yang mereka peroleh dalam surveilans, kemudian dilaporkan ke Puskesmas, yang kemudian memvalidasi laporan gejala dan risiko penyakit tersebut.

Lebih lanjut menurut Eka, SBM CP3 PMI ini, akan melengkapi sistem surveilans berbasis institusi, seperti puskesmas, puskewan, rumah sakit, serta laboratorium, dalam pendeteksian dini potensi penyebaran penyakit.

Sementara itu Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial PMI Provinsi Jawa Tengah, Hartanto menambahkan program kesiapsiagaan pandemi berbasis masyarakat telah dilaksanakan di Boyolali sebelum pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Saat itu SBM dimanfaatkan PMI Jawa Tengah, untuk pencegahan serta pengendalain penyakit menular antraks dan leptopirosis pada 2018. Namun kemudian program ini juga telah dirasakan manfaatnya dalam penanganan wabah Covid-19.

Penjelasan senada disampaikan Asisten Deputi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kemenko PMK dr. Nancy Dian Anggraini. “Dari pengamatan kami melalui laporan-laporan relawan Sibat dalam program CP3, serta diskusi-diskusi dengan PMI, kami memandang SBM PMI ini perlu diadopsi, untuk menguatkan model SBM yang sudah berjalan,” kata Nancy.

Dia juga menyampaikan, masyarakat Indonesia ternyata masih rentan dengan masalah kesehatan, terutama menghadapi penyakit-penyakit yang baru dan berpotensi menjadi KLB (kejadian luar biasa) maupun pandemi, termasuk Covid-19.

“Pandemi Covid-19 ini memberikan pembelajaran, bahwa kita harus selalu meningkatkan kesiapsiagaan, dan kita bisa cepat merespon ini setiap adanya ancaman kesehatan masyarakat yang bisa berpontensi menimbulkan wabah dan kedaruratan kesehatan masyarakat yang timbul dari sekitar lingkungan kita.” jelasnya.

Senada, Vice Chair The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Ruth Lane mengatakan pandemi ini telah menunjukkan bahwa menjaga kesehatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia merupakan tanggung jawab bersama, dengan meningkatkan pemahaman tentang Covid-19 serta peranan penting masyarakat untuk melakukan pencegahan, deteksi, pelacakan, melapor dan merespon.

“Di Indonesia, kami melihat keberhasilan dalam menanggapi pandemi tidak luput dengan keterlibatan aktif masyarakat untuk melaksanakan perannya melalui sinergi dengan instansi kesehatan. Oleh karenanya, kegiatan CP3 PMI telah berupaya untuk melatih relawan masyarakat tentang penanggulangan epidemi, agar dapat melakukan pemantauan, pelacakan dan melaporkan kejadian terjadinya sebuah penyakit yang dimulai di tingkat desa serta membangun system informasinya,” kata dia.

Dalam sambutannya, Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan, dengan adanya program SBM ini, maka akan bisa menumbuhkan kesadaran masyarakat menjadi gerakan bersama untuk menjaga kesehatan.

“Harapan kita ke depan dapat bertambah desa-desa yang bisa dijadikan pilot project lainnya. Sehingga kesadaran masyarakat ini dapat kita dorong, kita bangun dalam upaya pencegahan penyakit,” kata dia.

Said Hidayat juga mengungkapkan rasa syukurnya, atas kesadaran masyarakat Boyolali yang sudah bagus. Dengan kehadiran rombongan ini akan memberikan energi positif dan meningkatkan semangat untuk menjaga kesehatan masyarakat. Masih banyak penyakit yang harus diperhatikan termasuk yang ditimbulkan oleh hewan.

“Saya kira masyarakat dengan semangat metalnya, akan memberikan peran aktifnya, bagaimana masyarakat Boyolali ini terjaga kesehatannya dan aman dari wabah penyakit.” ungkap Bupati Said. (Pur, HS-08)

Gara-Gara Cemburu, Suami Siri Ajak Teman Aniaya Pasangannya dan Pria yang Diduga Selingkuhan 

Bank Jateng dan CJPC Gelar Tour De Nglimut