HALO KENDAL – Sebagian pedagang akhirnya nekat menggelar dagangannya di depan area bekas Pasar Weleri yang terbakar pada Sabtu (2/4/2022). Mereka mengatakan sudah mencoba berdagang di Pasar Relokasi di Terminal Bahurekso, namun tetap sepi pembeli. Padahal setiap hari mereka harus memenuhi kebutuhan yang harus dicukupi yaitu urusan perut atau makan.
Para pedagang korban kebakaran Pasar Weleri tersebut menjajakan dagangannya di pinggir jalan utama. Mereka mengaku pembangunan Pasar Relokasi di Terminal Bahurekso, Desa Jenarsari, Kecamatan Gemuh yang disediakan untuk mereka sepi pembeli, sehingga pendapatan mereka pun turun drastis
‘’Semenjak berjualan di pasar relokasi, pengunjung sepi dan tidak ada satupun yang membeli dagangan kami,’’ kata Sutarmi, salah satu pedagang dari Desa Karangdowo Kecamatan Weleri yang berjualan di depan eks Pasar Weleri.
Menurutnya, pasar relokasi di Terminal Bahurekso jauh dari pemukiman penduduk. Selain itu, transportasinya pun mahal dan juga sulit.
“Kami jualan di sana (pasar relokasi) tidak pernah ada pembeli. Ini soal perut. Jadi kami terpaksa berjualan di bekas Pasar Weleri yang terbakar ini sampai pembangunan Pasar Weleri selesai,” ujarnya.
“Kalau tidak ya kami minta ditempatkan di terminal angkutan di selatan Pasar Weleri ini, karena di sana masih ada tempat yang kosong,” imbuh Sutarmi.
Di tempat yang sama, Ketua Aliansi Pedagang Asli Weleri, Ahmad Zamzuri menegaskan, pembangunan pasar relokasi di Terminal Bahurekso adalah program pemerintah yang gagal.
“Saya sudah sampaikan sebelum-sebelumnya, baik di Pemkab, di DPRD maupun di Provinsi dan di Kecamatan, bahwa pasar relokasi adalah program pemerintah yang gagal. Sekali lagi program pemerintah yang gagal,” tandasnya.
Alasan yang Zamzuri kemukakan, dari 1.800 jumlah pedagang Pasar Weleri, yang menempati pasar relokasi hanya sekitar 100 pedagang.
“Itu pun sekarang mungkin tidak ada. Karena saban hari semakin berkurang. Jadi untuk apa dipertahankan,” imbunnya.
Alasan yang kedua, di Terminal Bahurekso tersebut bukanlah lokasi yang layak untuk aktivitas jual-beli pedagang.
“Saya kasih bukti, tiga bulan lebih kami jualan di sana (pasar relokasi), bisa dibilang dagangan kami tidak ada pengunjung atau pembeli yang menyentuh. Di sini baru beberapa jam banyak yang beli. Padahal di emperan jalan,” ungkapnya.
Hal itu, lanjut Zamzuri, mengindikasikan bahwa pasar relokasi tidak layak dibuat untuk berdagang.
Makanya, dirinya bersama pedagang lain memberitahukan kepada pihak Kecamatan Weleri, untuk menggelar kegiatan jual beli di emperan bekas Pasar Weleri yang terbakar.
“Ya mulai hari ini. Kalau diijinkan sih, kami berharap bisa berjualan selamanya di sini. Meskipun hari pertama ini baru beberapa pedagang yang berjualan, tapi saya yakin lama kelamaan teman-teman pedagang lainnya akan bergabung di sini,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Penegakan Perda Satpolkar PP Kendal, Seto Ariyono mengatakan, tim gabungan dari Satpol PP hanya melakukan pemantauan dan berjaga-jaga di tempat para pedagang berjualan.
Ditegaskan, penempatan pedagang eks Pasar Weleri yang terbakar oleh Pemerintah Kabupaten Kendal di Terminal Bahurekso bersifat final.
“Sehingga tidak ada tempat lain, atau alasan lain, selain di pasar relokasi di Desa Jenarsari Kecamatan Gemuh,” tandas Seto.
Pihaknya kembali menegaskan, tidak ada ijin dari pemerintah daerah baik Bupati maupun Sekda Kendal kepada para pedagang berjualan di area eks Pasar Weleri yang terbakar.
Karena, lanjut Seto, jika dibiarkan, maka akan membuat pedagang lain juga berjualan di depan bekas Pasar Weleri ini. Sehingga mau tidak mau akan mengganggu lalu lintas di jalur utama Weleri.
“Namun kenyataannya sampai siang ini penjual di depan eks Pasar Weleri yang terbakar jumlahnya semakin banyak. Kami dari Satpol PP hanya melakukan pemantauan dan belum bertindak apapun sebelum ada perintah penertiban,” ungkapnya.
Terpisah Wakil Ketua Paguyuban eks Pedagang Weleri, Indra Joni mengaku, tindakan beberapa pedagang yang berjualan di luar Pasar Relokasi Terminal Bahurekso adalah tindakan yang diambil atas inisiatif mereka sendiri bukan atas nama paguyuban.
Menurutnya apa yang dilakukan pedagang yang berjualan di bekas Pasar Weleri yang terbakar tersebut tidak mewakili seluruh pedagang eks Pasar Weleri. Karena paguyuban pedagang yang ia pimpin, masih bertahan dan berjualan di pasar relokasi.
“Meski sepi. Kami tetap bertahan dan bersabar di sini (pasar relokasi). Sambil berharap kepada pemerintah, untuk bisa mengambil tindakan dalam meramaikan pasar. Entah sampai kapan, kami kuat bertahan. Apalagi besok sudah ramadan,” ungkap Indra. (HS-06).