in

Dari Tabuh Lesung hingga Cicipi Nasi Bleduk di Peresmian Curug Gondoriyo

Soft launching obyek wisata “Curug Bercahaya” di RW 4 Dusun Karang Joho, Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Sabtu (9/2/2019) malam.

 

HALO SEMARANG – Soft launching obyek wisata “Curug Bercahaya” di RW 4 Dusun Karang Joho, Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Sabtu (9/2/2019) malam, mendapat sambutan meriah warga sekitar.

Pengunjung membludak karena penasaran ingin menyaksikan wajah baru Curug Gondoriyo yang berkilau di kegelapan bukit itu. Kegiatan yang digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelurahan Gondoriyo ini juga menampilkan berbagai aksi pertunjukan kesenian tradisional. Di antaranya tarian tradisional diiringi musik tabuh lesung yang dilakukan ibu-ibu anggota Pokdawis.

Warga juga memperkenalkan kuliner tradisonal khas masyarakat setempat bernama Nasi Bleduk dan Wedang Sinom. Hingga pada acara puncak yang paling ditunggu adalah penyalaan kemilau air terjun bercahaya di dasar curug.

Pengunjung dan tamu undangan langsung berduyun-duyun turun menapaki bukit yang dilengkapi dengan tangga berundak terbuat dari cor.

“Launchingnya kami rencanakan pada 17 Februari mendatang,” kata Ketua Pokdarwis Kelurahan Gondoriyo, Arifin di sela acara.

Dia menyampaikan ungkapan terima kasih atas respon masyarakat yang begitu antusias untuk datang di tempat wisata baru tersebut. “Ini curug alam yang sebetulnya sudah lama ada, tetapi selama ini belum tergarap sama sekali,” katanya.

Lebih lanjut, dia mengaku adanya perwajahan baru di Curug Gondoriyo tersebut melewati proses perjuangan panjang yang memeras energi hingga materi. Berkat tekad dan keuletan warga untuk membangun wilayah agar lebih baik, membuat hal tersebut bisa terealisasikan.

Lurah Gondoriyo, Kokok Indarto mengaku bangga melihat perjuangan Pokdarwis Gondoriyo untuk mewujudkan tempat wisata di kampung tersebut.
Dia berharap, warga mendukung kreativitas Pokdarwis untuk terus mengembangkan Curug Gondoriyo hingga menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Kota Semarang.

“Tidak hanya curugnya saja, tapi nanti bisa dikembangkan misalnya dibuat kolam renang. Karena memungkinkan adanya air bersih. Sehingga hal itu bisa menarik wisatawan,” ujarnya.

Dia juga berharap agar sejumlah stakeholder, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan lain-lain, memberi dukungan dalam pengembangan. “Sebab, tanpa dukungan dari berbagai pihak, saya rasa, kami, warga, termasuk Pokdarwis tidak bisa apa-apa,” katanya.

Sementara Kabid Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Eka Kriswati menegaskan, kehadiran Curug Gondoriyo menambah jajaran tempat-tempat wisata eksotis di kota ini.

“Saya mengapresiasi atas berdirinya rintisan pariwisata Curug Gondoriyo. Mereka telah mewujudkan tempat ini menjadi wisata. Harapannya agar bisa menyejahterakan rakyat,” katanya.

Pihaknya berjanji akan mendukung penuh untuk kelancaran dalam pengelolaan ke depan.
Ketua RW 4, Haryanti, memperkenalkan kuliner tradisional khas Nasi Bleduk dan Wedang Sinom. Kuliner ini akan mendukung keberadaan obyek wisata Curug Gondoriyo.

“Nasi Bleduk itu kuliner tradisional yang terbuat dari beras dicampur jagung. Sejarahnya, dulu ketika zaman penjajahan, warga susah makan karena miskin. Nasi beras ini menjadi makanan istimewa. Tapi karena beras sulit didapatkan dan mahal, masyarakat mengombinasikan beras dan jagung,” terangnya.

Nasi Bleduk tersebut pada zaman dulu cukup mewakili sebagai makanan istimewa karena ada berasnya. Saat ini makanan unik ini diangkat kembali dengan kombinasi lauk kluban dari dedaunan dari kebun warga dengan paduan bumbu rempah.

“Cara memasaknya menggunakan bleduk kayu, sehingga baunya harum dan sedap. Makanan ini awet dan tidak bau,” bebernya.

Sedangkan untuk Wedang Sinom adalah minuman kesehatan yang terbuat gula aren, kunyit, dan daun asem.(HS)

Hendi Dorong Generasi Milenial Semarang Tak Takut Berwirausaha

Lambannya Proyek Kampung Bahari Dikeluhkan Warga Tambaklorok