in

Dari Hobi Pelihara Perkutut, Kini Mendatangkan Omzet Jutaan Rupiah

Lutut Nugroho, peternak perkutut, warga Gang Alpokat II RT 11 RW 3 Kelurahan Kebondalem Kecamatan Kendal.

DARI hobi memelihara burung perkutut yang digemari, Lutut Nugroho, warga Kecamatan Kota Kendal, Kabupaten Kendal tak menyangka akhirnya bisa menghasilkan omzet jutaan rupiah dalam setiap bulannya.

Burung-burung yang dipelihara banyak dilirik oleh pecinta perkutut yang mayoritas berasal dari luar kota untuk dibeli.

Ditemui di kediamannya, di Gang Alpokat II RT 11 RW 3 Kelurahan Kebondalem, Kecamatan Kota Kendal, Lutut menceritakan awal hobi yang ia tekuni.

Mulai saat dirinya baru menikah, hingga kini berjalan sekitar sembilan tahun dan telah memiliki dua anak yang sudah duduk di bangku kelas 3 SD dan TK.

Menurut Lutut, sekitar tahun 2013, ia membeli perkutut lokal warna putih di pasar burung. Dari situlah, karena suka akhirnya ketagihan beli dan memelihara lebih banyak lagi.

“Dari burung yang awalnya hanya sepasang, kini burung perkutut peliharaan sudah mencapai 40 pasang atau 80 ekor dan saya pelihara dalam dua tempat,” ungkapnya, Sabtu (1/10/2022).

Burung-burung itu dipelihara dalam kandang teralis berukuran panjang 1 meter, lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di antaranya di dibelakang rumahnya yang berada di Gang Alpokat I sejumlah 14 kandang dan yang lainnya di Gang Alpokat II.

Sejak pertama beternak burung perkutut, Lulut yang merupakan anggota Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) Jawa Tengah, telah mendaftarkan usahanya beternak ke P3SI Jateng. “Ternak perkutut, saya beri nama Zahira Bird Farm,” imbuhnya.

Kecintaannya memelihara binatang ini berhasil menghasilkan cuan atau penghasilan, lantaran dari 40 pasang burung perkutut dalam setiap bulannya mampu menghasilkan 10 anakan.

“Total sejak 2014 sudah ada sekitar 400 ekor burung perkutut yang terjual. Harganya bervariasi, mulai Rp 500 ribu hingga Rp 3,5 juta per ekornya. Bahkan pernah satu pasang laku Rp 7,5 juta,” jelas Lutut.

Dengan banyaknya pecinta perkutut yang melirik burung yang diternaknya ini, omzet penjualan dalam setiap bulannya kini berada di kisaran Rp 5 juta.

Bahkan, sebut Lutut, omzet penjualan sempat meroket hingga dua kali lipat, saat terjadinya pandemi Covid-19 lalu.

“Masyarakat yang kurang bebas beraktivitas karena adanya pembatasan kegiatan, membutuhkan hiburan saat harus work form home (WFH) atau bekerja dari rumah. Masyarakat banyak yang tertarik membeli perkutut sebagai peliharaan dan hiburan di rumah,” tuturnya.

Perkutut yang diternak Lulut merupakan perkutut jenis bangkok. Perkutut jenis ini sengaja dipilihnya lantaran memiliki nilai jual yang lebih menjanjikan daripada perkutut lokal.

Selain itu, berternak perkutut jenis bangkok menurutnya juga lebih mudah asalkan rajin dalam membersihkan kandangnya. “Dari segi pemberian makan pun juga lebih mudah. Tidak seperti memelihara burung kicauan pada umumnya,” ungkapnya.

14 Hari

Lulut membeberkan, untuk berternak burung perkutut syarat yang wajib dimiliki yang pertama adalah harus memiliki rasa cinta terlebih dahulu terhadap binatang, khususnya burung.

“Resepnya yang penting cinta dulu. Abaikan bisnis dan penghasilannya. Setelah itu bisa dimulai dengan membeli satu pasang perkutut dan menyiapkan lahan yang cukup serta jauh dari hingar bingar dan lalu lalang orang,” bebernya.

Dijelaskan Lulut, burung perkutut yang sudah kawin akan bertelur kemudian mengeram. Proses mengeram hingga menetas membutuhkan waktu sekitar 14 hari.

“Setelah menetas, anakan burung dibiarkan bersama indukannya selama 7 hari baru kemudian dipindah dan dilolohkan ke burung lain agar indukannya bisa berproduksi lagi,” jelasnya,

Tak hanya sekadar berternak, Lulut juga banyak mengikuti sejumlah event perlombaan burung perkutut di beberapa kota dan berhasil memboyong puluhan piala.

Setidaknya terdapat 19 piala dari ajang lomba burung perkutut yang berhasil diboyongnya dan ditata rapi di lemari rumahnya.

Selain berternak perkutut, di kediamannya, Lutut juga menyediakan berbagai macam sangkar perkutut. Mulai harga ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

“Ada sangkar jenis merak yang harganya dikisaran Rp 600 ribu dan ada juga sangkar jenis topeng eklusif yang harganya mulai dari Rp 2 juta sampai Rp 4,5 juta,” pungkasnya.(HS)

Dishub Siapkan Tiga Kantong Parkir Pengunjung Selama Gelaran Batik Specta Nusantara Kotalama

Wakil Ketua DPRD Jateng: Pentingnya Strategi Literasi Informasi