in

Bupati Banjarnegara : New Normal Kembali Jadi Pribadi Bersih

Bupati Banjarnegara menyerahkan bantuan kepada Gus Nafis, pengasuh Pondok Pesantren Yakutun Nafis. Bantuan diberikan dalam acara peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di pesantren itu.  (Foto : Jatengprov.go.id)

 

HALO BANJARNEGARA – Maulud Nabi Muhammad SAW, bisa menjadi moment new normal bagi umat Islam. New normal tersebut bisa memiliki dua makna.

Pertama adalah tatanan baru kehidupan dalam menghadapi pandemi dan kedua, kembali menjadi pribadi yang bersih.

“New normal yang saya maksud, adalah menjadi pribadi yang bersih kembali. Berbuat yang baik, tidak adigang-adigung, karena merasa mempunyai kuasa. Mari kita hargai kesahajaan Rasulullah,” kata Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, seperti dirilis jatengprov.go.id, Rabu (4/11).

Ajakan tersebut disampaikan Bupati, ketika bersama Forkopimda, menghadiri pengajian umum bertema “Semangat Maulid Nabi sebagai wahana mewujudkan Banjarnegara yang bermartabat dan sejahtera”. Pengajian di Pondok Pesantren Yaqutun Nafis, Rejasa, Banjarnegara tersebut, diselenggarakan dalam rangka peringatan maulud Nabi Muhammad SAW.

Menurut Budhi, semua agama mengajarkan kebaikan. Tinggal cara mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata.

“Lembaga dakwah harus diimbangi dengan praktik, jadi benar-benar mengamalkan ajaran yang sudah dipedomani,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut, bupati juga memberikan bantuan sarana dan prasarana untuk Pondok Pesantren Yakutun Nafis, yang langsung diterima oleh Pengasuh ponpes, Gus Nafis.

Meneladani Nabi

Sementara itu, KH Achmed Syukron Lc, dalam ceramahnya mengajak warga untuk meneladani sifat, perilaku dan kepribadian Nabi Muhammad SAW, antara lain dengan membaca kitab suci Alquran.

“Di zaman ini, keadaannya sudah terbalik-balik. Setiap hari kita dibuat ketagihan dengan HP, membaca pesan, disimpan, senyum-senyum sendiri dengan senangnya. Saya berharap, demikian juga saat membaca Alquran. Semakin dibaca, semakin cinta kepada Allah dan rasul-Nya,” ujar Ahmad Syukron.

Dia mencontohkan, rumah yang tidak pernah untuk mengaji atau membaca Alquran, meskipun mewah, akan kehilangan cahaya. Sebaliknya, meski rumahnya sederhana, jika sering untuk mengaji akan ada hikmah yang datang.

“Jadi, mari kita jadikan rumah sebagai tempat pendidikan, juga untuk menemukan kembali kehangatan hubungan antara orang tua dengan anak, yang selama ini sibuk dengan HP masing-masing,” kata ustaz. (HS-08)

Penumpang di Terminal Tipe A Pekalongan Naik 5 Persen

Rektor Udinus: Startegi Usaha Itu Ga Harus Mahal, Namun Harus Cerdas