in

Begini Nasib Nelayan dan Pedagang Ikan di Kota Semarang di Tengah Wabah Corona

Foto iluatrasi: kapal para nelayan di Tambaklorok harus disandarkan karena mereka tak melaut.

 

HALO SEMARANG – Penyebaran wabah Covid-19 atau virus corona, ternyata berdampak besar bagi perekonomian warga Kota Semarang. Bahkan saat ini mulai dirasakan oleh para nelayan dan pedagang ikan di beberapa pasar khusus penjualan ikan.

Seperti yang terjadi di Pasar Tambaklorok dan Pasar Rejomulyo (Pasar Kobong) Kota Semarang.

Dampak yang dirasakan yakni, sepinya pembeli yang berakibat penurunan penghasilan para nelayan dan pedagang ikan.

Apalagi saat ini banyak restoran atau rumah makan yang tutup akibat ada kebijakan pembatasan sosial guna mencegah matai rantai penyebaran virus corona.

“Pasar semakin sepi, pembeli mungkin lebih memilih berdiam diri di rumah akibat wabah corona ini. Sudah kurang lebih dua bulan ini pasar sepi,” kata Asri Priyatun (51) salah satu penjual ikan di Pasar Tambaklorok, Kota Semarang, baru-baru ini.

Hal senada juga disampaikan Yono, pedagang ikan di Pasar Rejomulyo (Pasar Kobong) Semarang. Menurutnya, penjual rata-rata mengalami penurunan omzet penjualan 50 persen hingga 70 persen, dibanding sebelum ada wabah corona.

Dengan kondisi seperti saat ini, dia berharap pemerintah dapat segera mengatasi persoalan wabah, sehingga ekonomi warga bisa kembaki bergerak.

Sementara sejumlah persoalan juga harus dihadapi nelayan Kota Semarang di tengah pandemi Covid-19. Turunnya daya beli masyarakat, membuat nelayan pun harus berjibaku untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Ketua DPD Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Kota Semarang, Slamet Ari Nugroho mengatakan, ada sejumlah persoalan yang menyelimuti para nelayan di pesisir utara Semarang tersebut.

“Seperti bantuan permodalan perbaikan kapal yang susah, daya serap hasil tangkapan yang belum maksimal, dan kondisi harga beli tangkapan yang murah. Bahkan di saat pandemi ini, sejumlah nelayan yang masih muda mencari mata pencaharian di darat, ikut proyekan,” ujarnya, Selasa (12/5/2020).

Ari menambahkan, nelayan punya kontribusi positif dalam mensuplai keterbutuhan gizi ikan di masyarakat Kota Semarang. Sehingga, pihaknya berharap, pemerintah mampu hadir di tengah nelayan untuk menjaga gairah melaut mereka.

Saat pandemi ini, katanya, sejumlah pabrik dan restoran memilih untuk tutup sementara. Hal tersebut pun berdampak pada serapan hasil tangkapan. Para nelayan memilih menjual hasil tangkapannya dengan harga di bawah harga normal.

Terkait persolaan harga, Ari pun menceritakan, jika hasil tangkapan ikan nelayan yang dibeli dengan harga rendah itu, terkadang membuat nelayan enggan pergi melaut. Semisal melaut, mereka mencari ikan untuk konsumsi diri sendiri dan keluarganya saja.

“Persoalan lain ialah masih susahnya nelayan mengakses bahan bakar subsidi. Adapun 96,3% nelayan di Indonesia ini adalah nelayan tradisional. KNTI sudah bertemu dengan dinas terkait dan stakeholder beberapa kali untuk membahas permasalahan hingga teknis bagaimana penyerapan produksi perikanan dari nelayan. Dan kami masih harapkan hasil dari pertemuan tersebut,” katanya.(HS)

Langgar Aturan PKM, Petugas Gabungan Bubarkan Pengunjung Kafe dan Bongkar Kios PKL

Temani Pelanggan Jalankan Ibadah Puasa, Smartfren Siapkan Berbagai Event Hiburan