HALO MAGELANG – Penanggulangan tengkes (stunting) sangat mendesak untuk dilakukan di Indonesia. Terlebih, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menargetkan penurunan prevalensi stunting pada balita sebesar 40 persen pada 2025 (Global Nutrition Targets, 2014).
Senada dengan risalah kebijakan Global Nutrition Targets, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam laporan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, berupaya menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan menyusui, serta lanjut usia.
Laporan ADB 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia merupakan yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yakni sebesar 31,8 persen. Bahkan, hasil ini lebih tinggi dibandingkan rerata prevalensi stunting di Asia Tenggara sebesar 27,41 persen.
Percepatan penanganan stunting telah menjadi kebijakan prioritas nasional dan daerah. Provinsi Jawa Tengah, misalnya, yang mencatat angka prevalensi stunting pada anak balita sebesar 20,8 persen pada 2022, yang dapat diartikan bahwa satu dari lima balita dalam kondisi stunting.
Di tingkat kabupaten/kota di Jateng sendiri ada lima wilayah yang memiliki prevalensi stunting tertinggi, yaitu Kabupaten Brebes (29,1 persen), Kabupaten Temanggung (28,9 persen), Kabupaten Magelang (28,2 persen), Kabupaten Purbalingga (26,8 persen), dan Kabupaten Blora (25,8 persen).
Merespons risiko dan dampak stunting berupa penurunan produktivitas sumber daya manusia, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Bank Jateng, dan Universitas Gadjah Mada berkolaborasi untuk mempercepat penurunan stunting melalui pemberian beras fortifikasi kepada masyarakat sebagai bentuk intervensi spesifik.
Beras fortifikasi adalah beras yang telah dicampur dengan kernel mix dengan proporsi tertentu yang berisi kandungan berbagai vitamin dan mineral sesuai dengan kebutuhan kecukupan gizi.
Direktur Teknologi Informasi (TI) Konsumer dan Jaringan Bank Jateng, Dodit Wiweko Probojakti mengatakan, pihaknya sebagai BUMD memiliki kemampuan untuk mendukung program-program dari Pemprov Jateng. Yakni dengan memberikan dana sebagai wujud nyata partisipasi dalam penyelesaian problem strategis di daerah.
“Penanganan prevalensi stunting merupakan program strategis dari pemerintah (pusat), sehingga harus didukung oleh seluruh pemerintah provinsi, dan tentu didukung oleh BUMD, termasuk Bank Jateng,” terang Dodit, Selasa (31/1/2023).
Untuk menandai peluncuran pilot project penanganan stunting dengan beras fortifikasi itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melakukan penyerahan beras fortifikasi kepada perwakilan ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis di Balai Desa Donorojo, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Dikatakan, UGM dalam hal ini berkontribusi dengan pelaksanaan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) membangun desa dan magang.
“Mahasiswa berikut dosen pendamping lapangan akan melakukan pendampingan dan pengawasan selama lima bulan,” ujarnya.
Ganjar berharap, melalui intervensi penanganan stunting dengan konsumsi beras fortifikasi, diharapkan bisa menurunkan angka prevalensi stunting secara nasional sebesar 14 persen pada 2024. (HS-06)