
HALO SEMARANG – Indonesia berharap agar Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden dan Wapres Kemala Harris, dapat meningkatkan hubungan kemitraan dengan Indonesia.
Indonesia juga berharap pasangan Biden-Harris juga berperan dalam upaya pemulihan ekonomi dunia, setelah dihantam pandemi Covid-19.
Kedua harapan tersebut disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Presiden Joko Widodo.
“AS memiliki presiden baru, ini memberikan harapan untuk memulihkan ekonomi dunia,” kata Sri Mulyani Indrawati.
Menkeu juga mengatakan ekonomi China sudah mulai pulih pada akhir 2020 lalu. Negara tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3 persen.
“Ekonomi global akan jauh lebih baik pasti,” imbuh Sri Mulyani.
Kendati begitu, Sri Mulyani menyatakan dunia masih akan diliputi ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Untuk itu, masing-masing negara tetap harus waspada dan memprioritaskan penanganan Covid-19.
Harapan serupa disampaikan Presiden Joko Widodo. Lewat akun Twitter pribadinya, Presiden Jokowi juga menyampaikan harapan agar kemitraan strategis kedua negara dapat terus diperkuat.
“Mari terus memperkuat kemitraan strategis kita, tidak hanya dalam memberikan manfaat bagi kedua negara, tetapi juga bagi dunia yang lebih baik untuk kita semua,” ujarnya.
Untuk diketahui, Joe Biden dan Kemala Harris, Rabu (20/1) waktu Amerika Serikat atau Kamis (21/1) waktu Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat ke-46, di Gedung Kongres AS, Capitol, Washington DC. Mereka akan memimpin negeri Paman Sam, selama empat tahun ke depan.
Sebelumnya, pasangan Biden-Harris, terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat, setelah memenangi Pilpres, melawan presiden petahana Donald Trump dan wakil presiden Mike Pence.
Selama kampanye, Biden berjanji untuk memulihkan ekonomi dan mempercepat penanganan pandemi Covid-19. Sejumlah strategi yang akan dilaksanakan Biden, adalah memperbanyak test Covid-19, termasuk dengan model drive-thru di seluruh negara.
Amerika Serikat juga akan berinvestasi dalam layanan test Covid-19 di rumah, dan mempekerjakan setidaknya 100 ribu warganya, untuk melakukan pelacakan kontak.
Di bidang perpajakan, Biden berupaya menggenjot penerimaan pajak negara. Salah satu upaya yang dilakukan, adalah menaikkan tarif pajak, bagi wajib pajak berpenghasilan tertinggi, menjadi 39,6 persen dari sebelumnya 37 persen. Ini berlaku sejak pemerintahan Presiden Barack Obama.
Strategi lainnya adalah dengan berupaya menciptakan minimal lima juta lapangan kerja baru di sektor manufaktur. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah pengangguran di negara itu.
Biden juga akan membebaskan biaya sekolah bagi keluarga siswa yang pendapatan di bawah US$125 ribu.
Setelah dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat, Joe Biden langsung bekerja membatalkan sejumlah kebijakan kunci Donald Trump.
“Tidak bisa membuang waktu jika menyangkut penanganan krisis yang kita hadapi,” cuit Biden dalam perjalanan menuju Gedung Putih menyusul pelantikannya.
Presiden Biden menandatangani 15 perintah eksekutif untuk meningkatkan tindakan pemerintah federal, terkait krisis virus corona.
Dia juga membatalkan kebijakan Trump soal perubahan iklim, imigrasi, dan hubungan rasial. Dia juga mengembalikan keanggotaan AS di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pakar virus, Dr Anthony Fauci, menyatakan siap berpartisipasi mewakili AS, dalam pertemuan dewan eksekutif internasional WHO yang berlangsung pekan ini.
Biden juga memusatkan penanganan Covid-19 secara nasional, guna mengoordinasikan distribusi peralatan pelindung, vaksin, dan tes. Berbeda dengan Trump ketika menyatakan keengganan mengenakan masker, segera setelah dilantik, Biden mewajibkan pemakaian masker dan menjaga jarak di semua gedung federal.
Dia bahkan menggelar ‘Tantangan memakai masker 100 hari’, yang meminta masyarakat memakai masker selama 100 hari.
Dalam bidang imigrasi, Biden juga langsung mencabut larangan Trump terhadap warga negara mayoritas muslim, untuk memasuki wilayah AS, menghentikan pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko.
Selama tiga bulan terakhir, Joe Biden dan staf kepresidenannya telah merencanakan serangkaian tindakan pertama begitu dirinya menjabat presiden.
Donald Trump telah menggunakan wewenang eksekutifnya secara luas, guna memajukan sebagian besar agenda politiknya. Sehingga ketika Biden menjadi presiden, penting baginya untuk membatalkan keputusan-keputusan Trump itu. (HS-08)