HALO KENDAL – Akibat terjadinya rob atau pasang, kegiatan normalisasi atau pengerukan sungai atau Kali Kendal belum bisa dilakukan. Hal tersebut membuat permukiman di sepanjang sungai yang melintas di Kota Kendal tersebut kerap mengalami banjir.
Padahal, warga berharap pengerukan Sungai Kendal segera dilakukan. Mengingat, kondisi Sungai Kendal yang sudah dangkal akibat sedimentasi, menjadikan sungai cepat meluber ketika turun hujan.
Seperti diungkapkan Ahmadi, warga Kelurahan Kalibuntu, Kecamatan Kendal. Menurutnya, warga sudah sering menyampaikan keluhannya kepada perangkat kelurahan, supaya dilakukan pengerukan sungai.
“Karena banjir masih menjadi langganan di kampung kami, mintanya ya segera dikeruk. Kami juga sudah laporkan ke kelurahan, tapi belum tahu pastinya kapan akan dikeruk,” ungkapnya, Rabu (21/6/2023).
Wilayah lainnya yang masih menjadi langganan banjir berada di Kelurahan Trompo, Kecamatan Kendal. Kepala Kelurahan Trompo, Isrita Hanifah juga mengaku, dirinya banyak menerima keluhan dari warga, yang meminta agar dilakukan pengerukan sungai.
Hal tersebut menurutnya, wilayah Kelurahan Trompo masih menjadi langganan banjir. Bahkan pihaknya pun sudah menyampaikannya kepada pemda, namun kewenangan pengelolaan sungai berada di provinsi.
“Sudah ada laporan dari warga. Kami juga sudah melaporkan kepada Pemerintah Kabupaten Kendal, karena sedimentasinya sudah tinggi sekali, supaya dilakukan pengerukan,” ujarnya.
Sememtara itu, Staf Pokla dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Bodri Kuto, Adi Darmawan mengatakan, saat ini belum bisa dilakukan kegiatan normalisasi Sungai Kendal, karena kondisi sungai masih penuh air akibat adanya rob.
“Jika dipaksakan pengerukan, maka akan kesulitan mengangkat tanah yang dikeruk, karena kondisi tanahnya masih basah. Dijadwalkan Juli nanti pengerukan baru dimulai,” terangnya.
Adi menjelaskan, untuk tahun 2023, pengerukan Sungai Kendal hanya bisa dilakukan sepanjang 500 meter ke arah selatan. Dimulai dari sebelah selatan SMA Al Hidayah Kendal.
“Seharusnya ke arah selatan lagi, karena sedimentasinya sangat parah. Tapi proses pengerukan terkendala dengan banyaknya bangunan permanen di tepi sungai, sehingga tidak bisa dijangkau alat berat. Sudah lama, kami sudah meminta kepada pemda untuk mencari solusi mengatasi bangunan permanen di sepanjang tepi sungai itu,” jelasnya.
Adi membeberkan, Balai PSDA juga melakukan penanganan banjir di Kalibuntu berupa normalisasi dan penguatan tanggul, mulai Jembatan Besi Mbiru ke arah selatan sepanjang 600 meter hingga 800 meter.
“Pengerukan di Kali Waridin dari jembatan Pantura ke arah utara sekitar satu kilometer dan normalisasi di Sungai Aji mulai Pasar Gladak ke arah barat,” bebernya.
Sedangkan dari Dinas Pusdataru, lanjut Adi, juga ada kegiatan penguatan tanggul, yakni di Kali Bodri Desa Cepiring dengan anggaran Rp 3,7 miliar. Selain itu juga di Kali Blukar Desa Rowobrabten berupa pemasangan bronjong, dengan anggaran Rp 2,7 miliar.
“Kemudian Kali Blorong di Desa Kertomulyo, Desa Sidorejo, Kecamatan Brangsong dan Desa Sudipayung, Kecamatan Ngampel berupa precast parapet untuk penanganan limpasan banjir, dengan anggaran Rp 3,4 miliar,” imbuhnya.(HS)