
HALO SEMARANG – TP PKK Kota Semarang mulai membuka kembali layanan Pos Pelayanan Keluarga Berencana – Kesehatan Terpadu (Posyandu).
Hal itu setelah selama pandemi Covid-19, hampir semua layanan Posyandu diyiadakan.
Saat ini, sekitar 200 Posyandu di Kota Semarang sudah kembali membuka pelayanan.
Tentunya, pelayanan di tengah pandemi tetap memperhatikan protokol kesehatan yang ketat.
Ketua TP PKK Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi mengatakan, pihaknya tidak ingin terburu-buru membuka semua Posyandu di Kota Semarang, karena tidak ingin memunculkan klaster baru penularan Covid-19.
Dari 1.500 Posyandu se-Kota Semarang, baru sekitar 200 Posyandu yang membuka pelayanan.
Dia memastikan 200 Posyandu tersebut merupakan Posyandu yang berada di zona yang aman dari Covid-19.
“Sekitar 200 Posyandu yang sudah new normal. Targetnya seluruh Posyandu bisa menerapkan new normal, tapi untuk persyaratan pembukaan memang sangat rigid,” kata Tia, sapaannya, Minggu (26/7/2020).
Tia menjelaskan, beberapa persyaratan pembukaan Posyandu di tengah pandemi Covid-19, yaitu Posyandu tersebut tidak berada di zona merah.
Kemudian, harus ada kesepakatan dengan gugus tugas dan pemangku wilayah setempat semisal kelurahan.
Jika gugus tugas dan pemangku wilayah telah mengizinkan, petugas Posyandu harus menyiapkan persyaratan protokol kesehatan seperti tempat cuci tangan, alat cek suhu tubuh, dan penerapan jaga jarak.
Setiap petugas juga harus memakai baju pelindung diri yang sederhana, masker, dan faceshield.
“Setiap orang yang datang juga harus bawa hand sanitizer. Kami sedang menyusun profilnya bagaimana kesiapan masing-masing posyandu untuk pembukaan di era new normal,” tambahnya.
Sebelum pandemi, semua balita di bawah lima tahun diwajibkan mengikuti posyandu.
Namun dalam pelayanan Posyandu baru pada masa pandemi ini, dikhususkan untuk balita di bawah dua tahun.
Sementara, pelayanan untuk balita yang berusia dua tahun lebih masih belum dibuka. Apabila jumlah balita di tempat yang bersangkutan cukup banyak, juga akan diatur jam pelayanan.
“Saringannya yang dua tahun ke bawah, karena kalau yang sudah berusia di atas dua tahun mereka sudah bisa lari-lari ke sana ke sini. Jika jumlahnya banyak, harus dibatasi waktu. Semisal tidak bisa diatur jam harus dilakukan di tempat terbuka dengan pengaturan jarak. Saya tidak mau nanti ada persoalan klaster-klaster,” sebutnya.
Meski belum semua Posyandu dibuka kembali, Tia memastikan, monitoring terhadap balita secara jarak jauh tetap dilakukan. Para anggota PKK tetap berkomunikasi dengan para orang tua balita melalui grup Whatsapp, untuk mengetahui kondisi balita. Pemberian makanan tambahan kepada balita (PMT) juga tetap dilakukan.
“PMT ke balita sudah dikerjakan walaupun belum semua. Saya rasa, pemkot melalui Dinkes juga terus memantau balita-balita di Kota Semarang,” katanya.(HS)