in

1.940 Warga Semarang Tertular HIV/Aids

SEMARANG – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi merasa prihatin dengan tingginya kasus peredaran penyakit HIV/Aids di Kota Semarang. Dari datanya, Kota Semarang menempati urutan pertama daerah dengan penderita HIV/Aids terbanyak di Jawa Tengah, yaitu 1.940 orang penderita.
Dengan jumlah tersebut, menurutnya, penderita HIV/Aids di Kota Semarang perlu penanganan serius. Diperlukan keberanian dari para penderita untuk melakukan pemeriksaaan dan melaporkan jika dirinya terkena penyakit berbahaya tersebut. Dengan begitu maka Pemkot Semarang dapat melakukan upaya untuk menutup ruang gerak peredarannya.
“Yang tidak kalah penting adalah pencegahan peredaran penyakit itu. Makanya saya meminta kepada setiap orang tua di Kota Semarang untuk memperkuat akhlak anak-anaknya. Harus diberi pemahaman agama yang kuat. Mereka harus tahu mana yang boleh dan tidak boleh dikerjakan,” kata Hendi.
Hendi memaparkan, penanganan penyakit HIV/Aids tidak hanya pada orang penderita saja tapi juga perlu proteksi pada lingkungan sekitar. Penanganan yang harus dilakukan tentunya menyeluruh. Sehingga dengan diketahuinya keberadaan penderita karena berani melapor maka tindakan yang akan diambil juga semakin terarah.
“Orang yang menderita HIV/Aids harus tercatat sehingga bisa tahu penanganan seperti apa. Kemudian dia dikasih aktivitas apa dan jangan sampai dikucilkan. Itu penting. Kemudian, penderita jangan sampai bebas melakukan aktivitas seksual. Itu bahaya juga,” jelasnya.
Di samping itu, upaya pencegahan peredaran penyakit HIV/Aids pada generasi muda juga harus dilakukan sejak sekarang. Hendi mengatakan, generasi muda merupakan generasi penerus sekaligus generasi pemimpin bangsa. Sehingga mereka perlu dilindungi dengan diberi pemahaman terkait bahaya, peredaran, dan pencegahan penyakit itu.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, Widoyono mengatakan, saat ini ada tiga fokus penanganan yang jadi perhatian Dinkes. Yaitu penyebaran TBC, HIV/Aids, dan angka kematian ibu.
“Apalagi HIV/Aids, kasusnya mirip gunung es. Yang kelihatan merupakan permukaan saja. Karena banyak pengidap yang malu atau takut memeriksakan diri ke rumah sakit. Mereka kadang malah tidak mau mengakui kalau memang positif. Ini yang menjadi pekerjaan rumah kami,” katanya.(LW)

Supriyadi Heran, Ada Kontraktor Aceh Kerjakan Tujuh Proyek di Semarang

Persija Makin Dekat ke Tahta Juara